InfoSAWIT SUMATERA, KAMPAR – Sutarji, warga Desa Koto Bangun, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, telah menekuni usaha pengepulan lidi serut dari pelepah kelapa sawit sejak 2014. Berkat ketekunannya, kini usahanya berkembang pesat dengan volume produksi mencapai lima ton per minggu dan pasar yang menembus hingga Pakistan, India, serta Tiongkok.
“Saya sudah melakoni usaha ini selama 12 tahun, alhamdulillah mendapat ridho dan keberkahan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Itu semua berkat doa dari orang tua saya,” ujar Sutarji dilansir InfoSAWIT Sumatera dari Antara, Senin (17/3/2025).
Sutarji mengisahkan perjalanan usahanya yang dimulai dari keterpurukan. Sebelumnya, ia mengalami kebangkrutan dalam berbagai usaha, termasuk perkebunan sawit dan kontraktor. Ia bahkan kehilangan rumah akibat kebakaran dan mengalami penipuan atas sertifikat tanah yang digadaikan. Namun, titik baliknya datang ketika mantan Bupati Kampar, Catur Sugeng Susanto, melalui ajudannya, Budi, menginformasikan peluang usaha sapu lidi dari pelepah sawit.
BACA JUGA: Tim BBKSDA Riau Selamatkan Anak Gajah Sumatera yang Tersesat di Kebun Sawit
Setelah melakukan survei ke daerah Mandau, Kecamatan Tapung Hulu, ia menemukan potensi besar dari bisnis ini. “Ternyata benar, usaha sapu lidi ini menjanjikan keuntungan dan kehidupan lebih layak bagi saya,” ujarnya.
Kini, Sutarji membeli helaian lidi dari para petani sawit dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram. Setelah dikumpulkan, lidi dijemur hingga kering di gudangnya sebelum dikirim ke Medan, Sumatera Utara. Dari sana, lidi serut tersebut diteruskan ke bandar untuk diekspor ke Pakistan, India, Tiongkok, serta beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Dari usaha ini, Sutarji berhasil membangun rumah, gudang, serta membeli kendaraan operasional. Namun, ia mengakui bahwa persaingan di bisnis lidi serut semakin ketat karena semakin banyak orang yang terjun ke usaha ini.
BACA JUGA: Mantan Kades Mulyoharjo Ditangkap dalam Kasus Korupsi Lahan Sawit
Setiap harinya, ia mengumpulkan lidi dari petani dengan sistem rotasi dua hari sekali. Dalam seminggu, ia mampu mengangkut 7 hingga 10 ton ke Medan sebelum dikirim ke pasar internasional. “Saat ini, kami bisa mengolah 50 hingga 100 ton lidi sebelum diproses lebih lanjut,” jelasnya. (T2)