InfoSAWIT SUMATERA, JAKARTA – Organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), menunjukkan komitmen kuatnya dalam mendukung industri kelapa sawit nasional. Dukungan ini sejalan dengan visi NU untuk memberdayakan warga Nahdliyin (anggota NU) yang terlibat langsung dalam industri sawit, baik sebagai petani, buruh tani, maupun pekerja perkebunan.
Faktanya, NU dan sawit memiliki kesamaan: keduanya berskala besar dan menyebar hingga ke pelosok negeri. NU disebut memiliki hampir 160 juta anggota atau simpatisan, sementara industri sawit melibatkan lebih dari 16 juta orang. Oleh karena itu, wajar jika NU kini aktif mengadvokasi sawit, karena mengurus sawit berarti juga memberdayakan warga NU.
Meski menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, sawit kerap menghadapi tantangan berat. Di pasar global, sawit dihadang dengan diskriminasi, kampanye negatif, hingga larangan impor. Di dalam negeri, industri ini harus berhadapan dengan regulasi yang tumpang tindih dan sering berubah-ubah.
BACA JUGA: Sinergi Pemuda Tani dan Petani Sawit, Strategi Baru Ketahanan Pangan di Riau
“Sawit adalah tentang kita, tentang Indonesia. Ini menyangkut ekonomi, sosial, energi, dan pangan. Sawit menciptakan lapangan kerja layak dan menjadi sumber nafkah bagi jutaan keluarga,” ujar Sumarjono Saragih, Ketua Bidang Pengembangan SDM GAPKI Pusat, dikutip InfoSAWIT Sumatera, Jumat (7/2/2025).
Dukungan NU terhadap sawit bukan hal baru. Sejak 2017, melalui organisasi buruh NU SARBUMUSI (Serikat Buruh Muslimin Indonesia), NU telah menjadi mitra GAPKI dalam mempromosikan praktik kerja layak (decent work) di industri sawit. Kini, dukungan itu berlanjut dalam program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani sawit.
Dalam FGD tersebut, GAPKI menyerahkan dua buku panduan praktik baik tentang “Perlindungan Anak dan Perempuan” di industri sawit kepada NU. Buku ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melindungi hak-hak pekerja perempuan dan anak, sekaligus memastikan keberlanjutan sosial di sektor sawit.
Sumarjono menegaskan bahwa sawit tidak hanya tentang ekonomi, tetapi juga tentang mempersiapkan generasi emas Indonesia. “Perlindungan pekerja perempuan dan anak adalah prioritas kami. Ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045,” katanya.
NU, melalui FGD ini, meneguhkan komitmennya untuk terus mendukung sawit. “Dengan mengurus dan mendukung sawit, NU sekaligus memberdayakan warga NU. Ini adalah kontribusi nyata kami untuk kemandirian ekonomi Indonesia,” ujar perwakilan NU dalam acara tersebut.
Sinergi antara NU dan GAPKI diharapkan dapat memperkuat posisi sawit sebagai komoditas strategis nasional. Dukungan NU, yang memiliki jaringan luas hingga ke pelosok desa, dinilai krusial dalam mengatasi tantangan yang dihadapi industri sawit, baik di tingkat lokal maupun global.
BACA JUGA: Wakil Ketua DPRD Padang Lawas Dukung Satgas Penertiban Kawasan Hutan di Palas
“Semoga kolaborasi ini dapat membawa sawit menuju masa depan yang lebih cerah, sekaligus berkontribusi pada terwujudnya Indonesia Emas 2045,” tutup Sumarjono.
Dengan dukungan NU, industri sawit Indonesia diharapkan tidak hanya bertahan, tetapi juga terus berkembang sebagai pilar ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan. (T2)