Sawit Sebagai Soft Power Indonesia di Peta Geopolitik Global, Sultan Najamuddin: Tingkatkan Posisi Tawar

oleh -1365 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT Sumatera
InfoSAWIT sumatera
Dok. InfoSAWIT/Ilustrasi Perkebunan Kelapa Sawit.

InfoSAWIT SUMATERA, JAKARTA Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Sultan B. Najamuddin, menyatakan bahwa produk kelapa sawit dapat menjadi soft power Indonesia dalam peta geopolitik global. Pernyataan ini merujuk pada posisi strategis Indonesia sebagai produsen sawit terbesar dunia dan semakin kuatnya posisi negara ini dalam diplomasi internasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

“Sawit bisa menaikkan posisi tawar Indonesia di kancah global,” kata Sultan dalam keterangannya, dikutip InfoSAWIT Sumatera, Jumat, 10 Januari 2025.


Menurut Sultan, pasar minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dunia sangat bergantung pada kebijakan Indonesia. Produk olahan sawit kini menjadi kebutuhan mendasar dalam sektor pangan dan energi di berbagai negara.

BACA JUGA: Presiden Prabowo Diminta Segera Selesaikan Kasus Register 40, Era Baru Tata Kelola Sawit Digaungkan

“Indonesia diakui sebagai market leader dan price maker untuk produk sawit dunia. Ini adalah modal besar yang perlu dimanfaatkan,” ujar Sultan.

Ia menambahkan, sawit juga relevan dengan semangat transisi energi menuju energi baru terbarukan. Program pengembangan kelapa sawit, kata Sultan, sejalan dengan kebutuhan global akan energi yang stabil, terjangkau, dan berkelanjutan.

“Dalam situasi geopolitik yang tidak pasti, stabilitas pasokan energi dan pangan menjadi kunci bagi stabilitas ekonomi sebuah negara,” katanya.

BACA JUGA: Ketua KNPI Riau Serukan Perlawanan terhadap Mafia Hukum di Sektor Sawit

Namun, Sultan mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam rencana pembukaan 20 juta hektare lahan hutan untuk pangan dan energi. Menurutnya, ekstensifikasi lahan, terutama untuk perkebunan sawit, berisiko memicu deforestasi jika tidak dilakukan dengan perencanaan yang matang dan berkelanjutan.

“Pembangunan industri sawit harus tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan. Jangan sampai pengembangan ini justru merusak ekosistem hutan kita,” tegasnya.

Sebelumnya, Sultan juga menyampaikan penolakannya terhadap rencana ekstensifikasi lahan tersebut. Ia menilai bahwa langkah pemerintah cenderung mengarah pada deforestasi daripada pembangunan berkelanjutan.

BACA JUGA: Politeknik Aceh Selatan Perkuat Kompetensi Dosen Melalui Magang di Industri Sawit

Keunggulan Indonesia sebagai penghasil sawit terbesar dunia memberi peluang besar untuk memanfaatkan komoditas ini sebagai instrumen diplomasi. Dengan stabilitas pasokan dan harga produk sawit, Indonesia tidak hanya memperkuat posisinya di pasar internasional, tetapi juga berkontribusi terhadap stabilitas ekonomi global.

Di tengah ketidakpastian geopolitik, kelapa sawit bisa menjadi simbol kekuatan ekonomi Indonesia yang mendukung kebutuhan energi terbarukan dunia. Namun, keberlanjutan harus tetap menjadi landasan dalam semua kebijakan terkait.

Era baru pengelolaan sawit kini diharapkan tidak hanya meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global, tetapi juga memastikan bahwa pembangunan sektor ini tetap mendukung pelestarian lingkungan. (T2)

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com