InfoSAWIT SUMATERA, PADANG – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatera Barat mengungkapkan bahwa ketegangan geopolitik global yang berkepanjangan turut menjadi penyebab penurunan volume ekspor crude palm oil (CPO) dari Sumatera Barat. Kepala BI Sumbar, Mohamad Abdul Majid Ikram, menjelaskan bahwa eskalasi konflik di berbagai negara telah menimbulkan kekhawatiran bagi para eksportir yang kini ragu melakukan impor CPO dalam jangka panjang.
“Intensitas konflik bukan berkurang, melainkan meningkat, yang akhirnya berdampak pada kinerja ekspor,” ujar Majid dikutip InfoSAWIT Sumatera dari Antara, Rabu (13/11/2024). Konflik ini, menurutnya, menyebabkan penurunan permintaan terhadap komoditas utama seperti CPO, yang merupakan produk andalan ekspor Sumbar. Selain itu, kebijakan proteksi dari beberapa negara yang semakin selektif dalam menerima komoditas impor turut memengaruhi penurunan permintaan CPO dari Indonesia.
Meski demikian, Majid menyebut bahwa pemerintah pusat telah menyiapkan langkah antisipasi, termasuk mendorong hilirisasi CPO untuk dijadikan produk turunan seperti biodiesel. “Hilirisasi produk menjadi solusi jangka panjang agar produk CPO tetap dapat berkontribusi bagi perekonomian meski tantangan pasar ekspor meningkat,” tambahnya.
BACA JUGA:
Di sisi lain, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat, Sugeng Arianto, mencatat bahwa secara global, harga komoditas unggulan mengalami kenaikan. Namun, kenaikan harga justru berimbas pada penurunan permintaan, yang mengakibatkan penurunan ekspor CPO. “Solusi hilirisasi sangat penting untuk menjaga keberlanjutan ekonomi lokal,” kata Sugeng.
Pada September 2024, nilai ekspor dari Sumatera Barat tercatat lebih dari Rp2,1 triliun, namun terjadi penurunan sebesar 43,72 persen dibandingkan Agustus. Khusus untuk CPO, BPS mencatat nilai ekspornya mencapai Rp204 miliar. Para pemangku kebijakan didorong untuk mencari pasar ekspor baru dan meningkatkan produk turunan untuk menjaga stabilitas ekonomi Sumatera Barat di tengah ketidakpastian pasar global. (T2)