Distanbun Aceh Dorong Percepatan Sertifikasi ISPO untuk Petani Sawit Rakyat

oleh -539 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT Sumatera
InfoSAWIT sumatera
Dok. InfoSAWIT/Ilustrasi Perkebunan Kelapa Sawit.

InfoSAWIT SUMATERA, BANDA ACEH – Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh mengajak petani kelapa sawit rakyat untuk segera mempercepat proses sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Langkah ini dianggap penting untuk meningkatkan keberlanjutan industri sawit dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.

Sekretaris Distanbun Aceh, Azanuddin Kurnia, mengungkapkan bahwa dari total 263 ribu hektare perkebunan sawit rakyat di Aceh, baru sekitar 2.000 hektare yang telah tersertifikasi ISPO. “Selebihnya belum memiliki sertifikasi,” kata Azanuddin, dikutip InfoSAWIT Sumatera dari Antara, Senin (14/10/2024).


Ia menjelaskan bahwa sertifikasi ISPO sudah lama diakui sebagai standar untuk memastikan industri sawit Indonesia beroperasi dengan menjaga aspek lingkungan, administrasi, dan ketenagakerjaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2020 dan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2020, seluruh perkebunan sawit, baik milik rakyat maupun perusahaan, wajib tersertifikasi ISPO paling lambat pada 2025.

BACA JUGA: Bank Aceh Syariah Gelar Pelatihan Peningkatan Produktivitas bagi Petani Sawit di Nagan Raya

“Jika perkebunan tidak tersertifikasi ISPO, tandan buah segar (TBS) dan crude palm oil (CPO) dari perkebunan tersebut tidak akan diterima di pasar global karena dianggap tidak memenuhi standar kualitas,” tambah Azanuddin. Hal ini menjadi ancaman serius bagi sekitar 146 ribu kepala keluarga di Aceh yang menggantungkan hidupnya pada komoditas sawit.

Kondisi ini mulai terlihat di Aceh Tamiang, di mana salah satu pabrik kelapa sawit (PKS) sudah menolak membeli buah sawit jenis dura yang dianggap memiliki kualitas rendah. “Buah dura tidak dibeli karena rendemennya sangat rendah,” jelasnya.

Meski sertifikasi ISPO menjadi kewajiban nasional, pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, tidak memiliki kewenangan langsung dalam penerbitannya. Namun, mereka berupaya membantu petani melalui program rintisan ISPO yang mendukung petani dalam memenuhi persyaratan sertifikasi.

BACA JUGA: USU dan Institut Teknologi Muroran Jepang Perkuat Kerja Sama Riset Teknologi dan Kelapa Sawit

Azanuddin juga mengakui bahwa biaya pengurusan ISPO menjadi tantangan besar bagi petani kecil. “Banyak petani tidak mampu mengurus sertifikasi karena biaya yang tinggi. Bahkan untuk membeli pupuk saja mereka kesulitan, apalagi mengurus ISPO,” katanya.

Dengan deadline sertifikasi pada 2025 yang semakin dekat, Azanuddin menekankan perlunya perhatian serius dari pemerintah pusat untuk meringankan beban regulasi bagi petani sawit rakyat. “Kami berharap ada kemudahan dari sisi regulasi di tingkat pusat agar petani bisa lebih cepat mendapatkan sertifikasi ISPO,” tutupnya. (T2)

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com