Jamur Ganoderma Mengancam Produksi Kelapa Sawit di Sumatera

oleh -1412 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT Sumatera
InfoSAWIT Sumatera
Dok. Istimewa/Ilustrasi serangan ganderma pada perkebunan kelapa sawit.

InfoSAWIT SUMATERA, JAKARTA – Tanaman kelapa sawit telah diakui sebagai komoditas berharga bagi perekonomian Indonesia. Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia, terutama Pulau Sumatera, memegang peran penting dalam rantai pasokan minyak sawit global. Namun, ancaman perubahan iklim dan penyakit tanaman menjadi tantangan serius bagi keberlanjutan produksi komoditas ini di masa depan.

Sebuah penelitian ilmiah yang diterbitkan pada tahun 2019 berjudul “Ganoderma boninense Disease of Oil Palm to Significantly Reduce Production After 2050 in Sumatra if Projected Climate Change Occurs” oleh R Russel M Paterson dari Universitas Minho, Portugal, mengungkapkan bahwa perubahan iklim yang diproyeksikan akan mempengaruhi Sumatera secara signifikan. Dalam riset tersebut, Sumatera dijadikan model bagi wilayah perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara untuk mengukur dampak perubahan iklim terhadap tanaman sawit.

Penelitian ini menyebutkan bahwa luas wilayah di Sumatera yang cocok untuk budidaya kelapa sawit akan berkurang drastis akibat perubahan iklim. Salah satu dampaknya adalah peningkatan risiko penyakit busuk pangkal batang (Basal Stem Rot/BSR), yang disebabkan oleh infeksi jamur Ganoderma boninense. Penyakit ini telah lama dikenal sebagai ancaman besar bagi tanaman kelapa sawit, dan proyeksi perubahan iklim diperkirakan akan memperburuk situasi ini.

BACA JUGA: Pj Gubernur Sumsel Luncurkan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan bagi Pekebun Sawit

Dikutip InfoSAWIT Sumatera, melalui pendekatan ilmiah, peneliti menentukan wilayah dengan iklim yang cocok untuk kelapa sawit di Sumatera serta menganalisis potensi peningkatan serangan Ganoderma di masa depan. Hasilnya menunjukkan bahwa ketidaksesuaian iklim akibat pemanasan global akan meningkatkan serangan jamur ini secara drastis setelah tahun 2050, terutama di sebagian besar wilayah Sumatera. Bahkan, penelitian tersebut menyebutkan bahwa produksi minyak sawit mungkin tidak lagi berkelanjutan antara tahun 2050 hingga 2100, apabila tidak ada upaya mitigasi yang dilakukan.

Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah bahwa Sumatera Utara diprediksi lebih mampu bertahan dibandingkan wilayah lain di Sumatera. Namun, tetap saja diperlukan langkah-langkah perbaikan iklim dan pengendalian penyakit sebelum dampak perubahan iklim dan serangan jamur Ganoderma meningkat lebih lanjut.

BACA JUGA: Paya Pinang Group Memimpin Inisiatif Penanaman Padi Gogo di Antara Tanaman Sawit

Penelitian ini memberikan peringatan dini bagi pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat untuk segera mengambil tindakan proaktif guna menjaga keberlanjutan produksi kelapa sawit di Sumatera, khususnya dalam menghadapi ancaman perubahan iklim dan penyakit tanaman. (T2)

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com