InfoSAWIT SUMATERA, JAKARTA – Permasalahan gulma di perkebunan kelapa sawit terus menjadi tantangan serius, terutama dengan munculnya resistensi gulma terhadap herbisida. Pengendalian gulma melalui aplikasi herbisida memang masih menjadi metode utama yang digunakan, namun hal ini berisiko menyebabkan gulma berkembang menjadi resisten terhadap bahan kimia tersebut. Resistensi herbisida terjadi ketika gulma mampu bertahan hidup meski telah terpapar herbisida pada dosis yang seharusnya efektif.
Menurut laporan yang disusun oleh Saidah Putri Rambe, Tjut Ahmad Perdana Rozziansha, Hari Priwiratama, dan Agus Eko Prasetyo dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit, resistensi herbisida dapat dikategorikan dalam dua mekanisme utama, yaitu resistensi pada target-site (tempat sasaran) dan non-target site (di luar tempat sasaran).
“Di Indonesia, kasus resistensi gulma terhadap herbisida telah dilaporkan pada gulma Eleusine indica, sementara di Malaysia, resistensi ditemukan pada gulma Clidemia hirta, Eleusine indica, dan Hedyotis verticillata,” dikutip InfoSAWIT Sumatera dari Warta PPKS Vol. 29 No. 2 (2024), Rabu (21/8/2024).
Lebih lanjut, penggunaan herbisida yang tidak bijak menjadi salah satu faktor utama yang mendorong timbulnya resistensi ini. Oleh karena itu, manajemen resistensi herbisida sangat penting untuk menghambat laju perkembangan resistensi tersebut. Salah satu strategi yang dianjurkan adalah rotasi bahan aktif dan kombinasi herbisida.
Rotasi bahan aktif melibatkan penggunaan herbisida dengan cara kerja yang berbeda, sementara kombinasi herbisida melibatkan pencampuran beberapa bahan aktif yang memiliki cara kerja berbeda dan efektif terhadap gulma target.
BACA JUGA: Petani Sawit Aceh Tuntut Peningkatan Pengawasan Program PSR Tahun 2024
Melalui penerapan manajemen resistensi yang tepat, diharapkan ancaman resistensi gulma terhadap herbisida di perkebunan kelapa sawit dapat dikurangi. “Langkah-langkah ini tidak hanya penting untuk menjaga efektivitas pengendalian gulma tetapi juga untuk mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit di masa depan,” demikian catat laporan tersebut. (T2)