InfoSAWIT Sumatera, JAKARTA – Marks & Spencer (M&S) terus menunjukkan dedikasinya terhadap praktik pengadaan minyak sawit yang bertanggung jawab. Melalui kebijakan yang ketat, M&S memastikan bahwa semua pemasoknya mematuhi standar tinggi, termasuk dalam hal asosiasi dan konversi, serta menghormati regulasi hak asasi manusia. Rachael Dawes, Sustainable Raw Materials Manager di M&S, menyatakan kebanggaannya atas komitmen perusahaan ini, yang telah diakui oleh World Wide Fund (WWF) dan mendapat penilaian tinggi dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), di mana M&S telah menjadi anggota selama 18 tahun.
“Kami menyadari pentingnya peran sektor ritel dalam mendorong penggunaan minyak sawit berkelanjutan. Tahun lalu, kami mencapai kemajuan besar dalam meningkatkan penggunaan bahan bersertifikat RSPO dalam produk makanan kami,” ujar Rachael Dawes, sebagaimana dikutip InfoSAWIT dari laman resmi RSPO.
M&S juga berfokus pada kerjasama dengan pemasok untuk merumuskan dan mengembangkan produk baru. “Kami telah meningkatkan penggunaan bahan baku bersertifikat RSPO dari 90% menjadi 98% dan terus mencari cara untuk mencapai 100%,” tambahnya.
BACA JUGA: Siap Hadapi Kebjakan EUDR, PT Surveyor Indonesia Kembangkan Platform Ketertelusuran
Selain komitmen terhadap penggunaan minyak sawit berkelanjutan, M&S juga berinvestasi di lapangan di daerah penghasil minyak sawit untuk memastikan melampaui sekadar sertifikasi. Hannah Radvan, Human Rights Manager di M&S, menjelaskan bahwa sejak 2012, perusahaan telah bermitra dengan Forever Sabah dan Masyarakat Sipil dalam berbagai proyek, termasuk audit dan sertifikasi RSPO yang berhasil untuk 342 petani kecil di empat distrik di Sabah.
Melalui program ini, petani kecil menerima pelatihan praktik pertanian yang baik untuk membantu meningkatkan manajemen dan hasil panen. Proyek ini telah berlangsung selama empat tahun dan diharapkan dapat mencapai sertifikasi RSPO untuk tambahan 1.440 petani kecil serta memperluas jangkauan pelatihan.
Pada tahun lalu, M&S juga menggandeng pihak ketiga untuk melakukan penilaian risiko terhadap semua bahan mentah yang digunakan di seluruh bisnis perusahaan. Saat ini, M&S bekerja dengan tim Forever Sabah untuk mengintegrasikan pemberdayaan gender ke dalam program pelatihan. Meskipun banyak kemajuan telah dicapai, perusahaan menyadari masih banyak yang harus dilakukan.
“Kami mengantisipasi bahwa persyaratan Uni Eropa akan mendorong kemajuan teknologi dalam sistem ketertelusuran, memungkinkan perusahaan menilai dan mengubah rantai pasokan mereka,” kata Hannah Radvan.