InfoSAWIT SUMATERA, BANDUNG –
Periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN), Indra Saptiama, benar-benar menyeriusi penelitian manfaat limbah sawit bagi dunia medis.
Indra pun sudah membeberkan secara rinci mengenai hal tersebut dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Grant Riset Sawit dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPKS), beberapa waktu yang lalu.
Dalam kegiatan yang digelar di Kawasan Kerja Bersama Tamansari BRIN, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Jabar), tersebut ia mengungkapkan telah melakukan pengembangan pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk diagnosa emboli paru.
Ini Dasar Ilmiah Periset BRIN Terkait Penggunaan Limbah Sawit untuk Diagnosa Penyakit Paru
Dari keterangan resmi tang diperoleh InfoSAWIT SUMATERA, kemarin, dijelaskan bahwa emboli paru merupakan kondisi penyumbatan darah di paru-paru manusia yang berpotensi mengakibatkan kematian jaringan.
Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri (PRTRRB) BRIN ini bilang penegakan diagnosa yang tepat sangat penting bagi pasien yang diduga mengalami emboli paru.
“Dengan demikian dapat dilakukan stratifikasi risiko dan pengobatan yang tepat pada pasien,” kata Indra dalam acara yang dihadiri oleh Pelaksana Tugas Direktur Penyaluran Dana – BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim.
Dahsyat, Nanopartikel Karbon Limbah Sawit Bisa Dipakai untuk Diagnosa Penyakit Paru
Lebih lanjut Indra menjelaskan, pencitraan paru sebagai salah satu pencitraan ventilasi menggunakan nano aerosol karbon bertanda 99mTc yang dihasilkan dari generator komersial.
Ia mengungkapkan, penggunaan limbah kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan aerosol karbon subsititusi akan memberi nilai tambah secara komersial.
“Dari tahapan riset yang dilakukan mulai dari pembuatan nanopartikel sawit, kemudian melakukan formulasi serbuk pembawa nanopartikel karbon dan penandaan Tc-99m pada nanopartikel karbon,” kata Indra.
Riset yang Didanai BPDPKS Diyakini Mampu Jadi Problem Solving Bagi Industri Sawit
“Serta uji cellular uptake pada sel kanker dan normal paru-paru, didapatkan pada sel kanker lebih banyak mengikat karbon dibandingkan dengan sel normal,” ia menambahkan.
Nah, ujar Indra, hal ini terjadi dikarenakan komposisi lipid yang lebih besar pada sel kanker, dan penandaan nanopartikel karbon dengan 99mTc sudah sangat baik.
“Dengan perolehan persentasi penandaan sebesar 96,69 persen dengan kemurnian radiokimia di atas 99 persen,” beber Indra.
Proposal Penelitian Ini yang Bikin USK Aceh Peroleh Grand Riset Sawit 2023 dari BPDPKS
Dirinya berencana melakukan optimasi lebih lanjut untuk memperoleh ukuran partikel karbon sawit yang lebih baik.
“Salah satunya dengan cara mengoptimasi parameter spray-dry,” Indra Saptiama menegaskan.
Pihaknya juga akan melakukan pengujian sitotoksisitas in vitro untuk menguji keamanan nanopartikel karbon yang lebih lanjut untuk dilakukan pengujian pada hewan percobaan.
“Hal ini dilakukan untuk mengetahui pencitraan ideal pada organ paru-paru dan efeknya pada organ lain, meliputi uji biodistribusi dan uji clearance,” ucap Indra.
Mrnanggapi hal tersebut, Pelaksana Tugas Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim, berharap penelitian yang diusulkan dapat mencapai keluaran sesuai dengan yang dijanjikan.
“Juga tepat waktu agar memberikan manfaat langsung untuk kemajuan industri kelapa sawit di Indonesia,” tegas Zaid Burhan Ibrahim.(T5)