InfoSAWIT SUMATERA, JAKARTA – Selain perkembangan di pasar global, ternyata penetapan harga referensi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) juga dipengaruhi oleh komoditas minyak nabati lainnya.
Kali ini hal itulah yang tampak dalam penetapan peningkatan harga referensi CPO di dalam negeri yang berlaku untuk paruh kedua atau sepanjang periode 1-15 Januari 2024 ini.
Situasi tersebut, seperti keterangan resmi yang diperoleh InfoSAWIT SUMATERA, kemarin, diungkapkan oleh Budi Santoso selaku Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Luar Negeri (Daglu) Kementerian Perdagangan.
Ini Alasan dan Dasar Naiknya Harga Referensi CPO Periode 16-31 Januari 2024
Budi Santoso mengatakan, peningkatan harga referensi CPO di paruh kedua bulan Januari 2024 ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat krusial.
“Yakni adanya peningkatan harga minyak mentah di pasar dunia, kemudian adanya peningkatan harga minyak nabati lainnya, terutama minyak kedelai atau soy bean oil,” beber Budi Santoso.
Ia mengungkapkan, kecemasan tersebut muncul karena pasar global merespon adanya kekhawatiran dari sejumlah negara buyer terkait isu penurunan pasokan soy bean oil dari Brasil.
Sebelumnya Melemah, Kini Malah Menguat Harga Referensi CPO untuk Periode 16—31 Januari 2024
Negeri Samba ini diketahui merupakan negara di kawasan Amerika Latin yang menjadi salah satu produsen minyak kedelai terbesar di pasar global, bersaing dengan Argentina dan Amerika Serikat.
Budi Santoso bilang kekhawatiran akan melemahnya pasokan minyak kedelai dari Brasil ditengarai karena munculnya faktor El Nino atau cuaca kering.
Diketahui kalau El Nino juga melanda Indonesia sepanjang semester kedua tahun 2023, bahkan menimbulkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan asap tebal di sejumlah provinsi sentra perkebunan kelapa sawit.
El Nino Mungkin Berkurang, tapi Pemprov Ini Tetap Ingatkan Perusahaan Sawit Terkait Bahaya Karhutla
Di samping faktor-faktor di atas, Budi Santoso juga mengatakan peningkatan harga referensi CPO juga dipengaruhi oleh gejolak yang terjadi di Malaysia.
Pembaca tentu sudah mengetahui kalau negara jiran kita ini kini menjelma menjadi produsen sawit terbesar kedua di dunia, setelah Indonesia tentunya.
“Muncul kekhawatiran akan adanya pengetatan pasokan minyak sawit dari Malaysia (ke pasar global yang memengaruhi peningkatan harga referensi CPO di Indonesia -red),” kata Budi Santoso.
Menjelang Pergantian Tahun 2023 ke 2024, Melorot Pula Harga CPO di Bursa Malaysia
“Yang juga patut diperhitungkan adalah terjadinya pelemahan mata uang Ringgit Malaysia (RM) terhadap Dolar Amerika Serikat,” tegas Dirjen Daglu Kementerian Perdagangan, Budi Santoso.
Sebagai pengingat saja, Pemerintah telah menetapkan harga referensi CPO untuk paruh kedua atau sepanjang 16 sampai 31 Januari 2024 sebesar USD 774,93 per metrik ton (MT).
Jumlah ini diketahui telah mengalami peningkatan sebesar USD 28,24 atau 3,78 persen dari harga referensi CPO pada periode I atau sepanjang 1-15 Januari 2024 yang ditetapkan sebesar USD 767,51 per MT.(T5)