InfoSAWIT SUMATERA, KARACHI – Abdul Raseed Jan Muhammad yang merupakan CEO Westbury Grup masih mengingat dengan jelas horor minyak goreng yang terjadi di negaranya, Pakistan, pada tahun 2022 yang lalu.
Berbicara dalam acara Pakistan Edible Oil Conference (PEOC) di Karachi, Minggu (14/1/2024), pria yang akrab disapa Jan ini bilang Pakistan adalah negara terpadat ketiga di benua Asia.
Penduduk Pakistan, kata Jan seperti keterangan resmi yang diterima InfoSAWIT SUMATERA, Selasa (16/1/2024), merupakan yang terbesar kelima di dunia, yakni sebesar 235 juta jiwa.
Simalakama Biodiesel: Dikerjakan, Pasokan Global Terganggu. Tak Dikerjakan, Ini Justru Mandatori !
Kata Abdul Raseed Jan Muhammad,
konsumsi minyak nabati, termasuk yang berbasis sawit, di Pakistan cukup tinggi.
Karena itu, ujar Jan, tidak heran kalau Pakistan tergantung pada pasokan dari Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Ia mengatakan, horor dan prahara minyak goreng terjadi pada tahun 2022 yang lalu sesaat setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mem-banned atau melarang ekspor seluruh produk turunan sawit.
Keren, ITSI Medan Borong Penghargaan Anugerah Pelaporan SPMI 2023
Sebagai informasi, kebijakan larangan ekspor sawit tersebut ditempuh Presiden Jokowi setelah melihat sejumlah menteri dan lembaga tak kunjung bisa mengatasi kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng sawit.
Kala itu Presiden Jokowi ingin semua pihak membenahi dan menanggulangi kondisi tersebut.
Kengerian terjadi kala itu di Indonesia, harga minyak goreng selangit, ibu-ibu berebut minyak goreng karena langka dan mahal.
Buka IPOC 2023, Ini Pesan Airlangga Hartarto ke Pelaku Usaha Sawit
Namun ironisnya, di saat yang sama tanki penyimpanan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebagai bahan utama pembuatan minyak goreng justru penuh.
Hal ini terjadi lantaran CPO dilarang diekspor dan petani mengantre di depan pabrik kelapa sawit (PKS) berhari-hari sambil merelakan buahnya membusuk perlahan.
Dampak dari semua kebijakan sawit Presiden Jokowi tersebut, jumlah ekspor sawit merosot drastis.
Meski WD, Naik Terus Harga Penawaran Palm Kernel pada Tender Astra Periode 15 Januari 2024
Di saat yang sama, negara-negara pengimpor sawit dari Indonesia, termasuk Pakistan, menjadi kelabakan akibat kebijakan Presiden Jokowi tersebut.
Bagaimana tidak, Jan bilang saat itu cadangan minyak sawit yang merupakan salah satu kebutuhan pangan utama Pakistan diperhitungkan hanya cukup untuk kurang dari minggu saja.
“Jika sampai habis, maka negara tersebut akan mengalami krisis pangan yang memicu gelombang lonjakan harga dan lebih parah lagi memicu krisis sosial dan ekonomi,” kata Jan.
Ehh, Pakistan Pun Ikut Mengeluh, Berharap Dapat Lebih Banyak CPO dari RI
Pria yang rakrab disapa Jan ini lalu pontang-panting memohon visa untuk mengunjungi Indonesia di tengah kebijakan ketat kunjungan akibat pandemi Covid-19.
Ia berhasil mendapatkan visa dan menemui pejabat pemerintah Indonesia. Ia melakukan lobi agar Indonesia membuka keran ekspor ke Pakistan 2022 lalu.
Sebagai informasi, dalam sebuah kesempatan pada 2022 lalu, di tengah kelangkaan minyak goreng yang dialami banyak negara, Presiden Joko Widodo menceritakan ada seorang pejabat tinggi asing yang menelpon dirinya.
Harga Minyak Nabati Bakal Naik di 2024, Kebijakan Sawit Indonesia Sangat Dinanti
Si pejabat asing itu memohon agar Presiden Jokowi membuka keran ekspor kelapa sawit dari Indonesia ke negara si pejabat asing teraebut.
Singkat cerita, Jan beruntung. Ia mendapatkan kabar baik. Kala itu Indonesia sepakat mengirimkan 2 5 juta ton CPO ke Pakistan dalam dua pekan.
Menurut Jan, dalam satu tahun Pakistan membutuhkan 4,5 juta ton minyak nabati. Tetapi Pakistan, beber Jan, hanya mampu memproduksi 0,75 juta ton di dalam negeri.
Sering Kelimpungan, India Minta Pemerintah Indonesia Tidak Lagi Mempersulit Ekspor CPO
“Selebihnya atau sekitar 3 juta ton berupa kelapa sawit yang 90 persen diimpor dari Indonesia,” tegas Jan di acara tersebut.(T5)