InfoSAWIT SUMATERA, JAKARTA – Apakah PalmCo, subholding dari Holding Perkebunan Nusantara, jadi merealisasikan niat untuk menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada tahun 2024 yang akan datang dalam hitungan jam?
Pertanyaan ini wajar muncul mengingat niat untuk melantai di bursa saham yang dikelola oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah sempat mencuat beberapa waktu yang lalu.
Tetapi niat tersebut tampaknya harus ditunda. Awak punggawa PalmCo mesti bersabar terlebih dahulu untuk menggelar IPO.
Hal ini terjadi karena, seperti dikutip InfoSAWIT SUMATERA dari laman bisnis.com, Minggu (31/12/2023), Kementerian BUMN memastikan subholding PTPN, PalmCo, tidak akan menggelar aksi IPO pada 2024.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo atau yang akrab disapa Tiko beralasan, masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan manajemen PalmCo sebelum melantai di bursa.
“Hal ini dikarenakan masih banyak pekerjaan rumah yang masih perlu dibereskan guna mengerek valuasi,” kata Tiko.
Kata Jatmiko Santosa, Jangan Terjerembab ke Dalam Success Trap
Bahkan saat ini pihaknya pun belum memiliki fokus untuk membawa PalmCo ke lantai bursa.
Menurutnya, PalmCo masih perlu memperbaiki sejumlah hal, salah satunya meningkatkan produktivitas.
“Belum lah [PalmCo IPO 2024] karena menurut saya kalau baru dikonsolidasikan sudah IPO nanti valuasi tidak optimal,” ujar Tiko.
Demi Suksesnya IPO PalmCo, Dirut PTPN IV dan Konsultan McKinsey Indonesia ke Adolina
Kata dia, salah satu PR yang perlu ditempuh PalmCo saat ini adalah replanting atau penanaman kembali pohon kelapa sawit.
Hal tersebut disebabkan sejumlah lahan milik PTPN Grup berada dalam kondisi yang kurang terawat.
Dengan upaya tersebut, dia berharap produktivitas dari PalmCo dapat meningkat dan menyentuh benchmark produksi industri sawit yakni 20 ton per hektar (Ha).
Adapun saat ini, kata Tiko, sejumlah lahan sawit milik PTPN masih memiliki produktivitas yang beragam.
“Kalau mau IPO, semuanya harus produktif dulu supaya nanti secara valuasi tinggi. Jika masih belang-belang, kalau IPO valuasinya tidak optimal,” Tiko mengingatkan.
“Jadi lebih baik di fase awal (PalmCo -red) cari strategic partner atau mitra strategis dulu sampai produktivitasnya bisa merata, baru IPO,” tegas Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.(T5)