InfoSAWIT SUMATERA, JAKARTA – Para calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) diminta untuk tidak mengikuti jejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam isu penanganan transisi energi bersih dengan menggunakan solusi carbon capture storage (CCS).
“Apabila ditelisik lebih jauh, CCS adalah solusi palsu transisi energi karena penggunaan CCS justru akan memperpanjang penggunaan energi fosil,” kata Firdaus Cahyadi selaku Ketua Tim Interim Indonesia, 350 Indonesia.
Dari laman hijauku yang dikutip InfoSAWIT SUMATERA, Minggu (31/12/2023), disebutkan bahwa pernyataan Firdaus Cahyadi tetsebit disampaikan pada hari Jumat (29/12/2023).
Perkebunan Kelapa Sawit Punya Kontribusi terhadap Mitigasi Perubahan Iklim
Dalam amatan InfoSAWIT SUMATERA, istilah CCS disampaikan pertama kali oleh Gibran Rakabuming Raka, cawapres dari capres Prabowo Subianto, dalam debat perdana untuk para cawapres beberapa waktu yang lalu.
“Para capres dan cawapres mulai menampilkan ketertarikannya dalam isu krisis iklim dalam dua debat perdananya,” ujar Firdaus.
Di satu sisi, kata dia, hal ini sangat menggembirakan namun di sisi lain juga sangat mengkhawatirkan.
“Karena bisa dibelokan untuk mendukung solusi energi transisi palsu saat mereka terpilih menjadi presiden,” ucap Firdaus.
Salah satu solusi palsu transisi energi itu, lanjut Firdaus Cahyadi, adalah penggunaan teknologi CCS yang muncul pada saat debat perdana cawapres perdana yang lalu.
CCS, jelas Firdaus Cahyadi, merupakan salah satu teknologi yang diklaim sekelompok pihak mampu memitigasi efek gas rumah kaca (GRK) yang dituding sebagai penyebab krisis iklim.
Demi Penuhi Tren Global, Indonesia Dukung Emisi Nol Persen di Industri Sawit
Penggunaan teknologi CCS, kata Firdaus, adalah dengan cara mengurangi emisi karbon dioksida ke atmosfer.
“Apabila ditelisik lebih jauh lagi, solusi CCS merupakan solusi palsu transisi energi, karena penggunaan CCS akan memperpanjang penggunaan energi fosil,” jelasnya.
“Akibatnya, penggunaan teknologi CCS ini akan menghalangi pengembangan energi terbarukan,” Firdaus menambahkan.
Dahsyat, Nanopartikel Karbon Limbah Sawit Bisa Dipakai untuk Diagnosa Penyakit Paru
Bukan hanya itu, menurut Firdaus Cahyadi, solusi CCS sejatinya juga masih menghasilkan emisi GRK.
“CCS menghasilkan emisinya sendiri, yang sering tidak diperhitungkan karena energi yang dikonsumsi dalam proses penangkapan,” jelasnya,
Ia kemudian mengutip Laporan Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang juga mengungkapkan bahwa kemampuan CCS untuk memberikan pengurangan emisi yang berarti dalam dekade berikutnya sangatlah rendah, sementara biayanya akan sangat tinggi.
Pemerintah Inggris Wajibkan Supermarket Tidak Menerima Produk yang Menimbulkan Deforestasi
Dengan biaya yang tinggi itu, menurut Firdaus Cahyadi, investasinya harus langsung diarahkan ke pengembangan energi terbarukan.
Ironisnya, kata dia, pada bulan November lalu, beberapa media massa mengabarkan bahwa Presiden Jokowi telah berdiskusi dengan bos perusahaan migas multi-nasional asal Amerika Serikat.
“Pengusaha migas tersebut berniat membangun kilang petrokimia dan CCS di Indonesia,” ungkap Firdaus.
Tahun 2022 Lalu, Lebih Setengah Kuadriliun Rupiah Keuntungan dari Hilirisasi Produk Perkebunan
Firdaus Cahyadi bilang, Presiden Jokowi seharusnya paham bahwa teknologi CCS adalah solusi palsu untuk transisi energi.
Presiden Jokowi, kata dia, diminta untuk jangan silau dengan uang investasi sebesar triliunan rupiah, tetapi di saat yang sama menutup mata terhadap dampak buruknya.
“Terutama dampak buruk terhadap pengembangan energi terbarukan secara keseluruhan,” ucao Firdaus.
Terkait dengan itulah, Firdaus Cahyadi, menghimbau agar para capres dan cawapres waspada dengan solusi palsu CCS ini.
“Capres 2024 tidak perlu mengikuti jejak Presiden Jokowi yang mengapresiasi CCS dengan cara membahasnya dengan petinggi perusahaan minyak yang akan berinvestasi di Indonesia,” kata Firdaus.
“Komitmen kuat terhadap penanganan krisis iklim melalui pengembangan energi terbarukan lebih penting daripada menerima solusi investasi palsu transisi energi seperti CCS,” tegas Firdaus Cahyadi, Ketua Tim Interim Indonesia, 350 Indonesia.(T5)