InfoSAWIT SUMATERA, PUTRA JAYA – Menjelang pergantian tahun dari 2023 ke 2024, kabar tak enak temtang harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) datang dari kantor Bursa Malaysia Derivatives Exchange (MDE).
Hal tersebut bisa diketahui dari laman Reuters yang dikutip oleh InfoSAWIT, jejaring InfoSAWIT SUMATERA di PT Mitra Media Network (MMN) Group, Jumat (29/12/2023).
Dikatakan bahwa harga kontrak berjangka CPO di Bursa MDE turun karena melemahnya harga minyak nabati lain, plus naiknya Ringgi selaku mata uang Malaysia.
BPKP Minta Potensi Sawit di Provinsi Pabar dan Pabar Daya Dioptimalkan
Dengan demikian, berdasarkan harga kontrak acuan yang telah ditetapkan maka diketahui kalau Biraa MDE mencatat kerugian tahunan kedua secara berturut-turut.
Masih dari Reuters, harga kontrak acuan CPO berkode FCPOc3 untuk pengiriman pada bulan Maret di Bursa MDE turun RM 42 per ton.
Dengan demikian ini berarti terdapat penurunan harga sekitar 1,12 persen menjadi RM 3.697 atau setara US$ 806,32 per ton pada awal perdagangan.
Diketahui kalau selama setahun terakhir harga CPO ditetapkan turun sebanyak 11 persen, terutama bila dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Syukurnya, fenomena cuaca panas El Nino yang mengakbatkan kekeringan di sebagian besar benua Asia membatasi kerugian pasar CPO di tahun ini.
Cuaca kering El Nino diperkirakan akan berlanjut hingga paruh pertama tahun 2024, sehingga membahayakan produksi minyak sawit global.
Masih dilansir Reuters, harga kontrak minyak kedelai di Bursa Dalian berkode DBYcv1 tercatat turun 1,72 persen. Sementara harga kontrak CPO minyak sawit berkode DCPcv1 turun 1,88 persen.
Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,17 persen.
Perlu diketahui kalau harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lain yang saling bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati global.
Ingin Bayar Hutang, Perusahaan Malaysia, Rimbunan Sawit, Bakal Jual Salah Satu Unit Kebunnya
Saat ini Ringgit Malaysia tercatat naik 0,43 persen terhadap Dolar AS, membuat komoditas CPO lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang asing. (T2/T5)