InfoSAWIT SUMATERA, JAKARTA – Perusahaan swasta asing yang juga berinvestasi perkebunan kelapa sawit, Cargill, mengembangkan model segregasi pasokan kelapa sawit di dua provinsi, yakni Sumatera Selatan (Sumsel) dan Kalimantan Barat (Kalbar).
Hal itu diketahui dari keterangan resmi pihak Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan (FORTASBI) yang diterima InfoSAWIT SUMATERA, Selasa (19/12/2023).
Lantas, seperti apa sih model segregasi Cargill tersebut?
Nah, rupanya di dalam model segregasi itu adalah Cargill membeli tandan buah segar (TBS) produksi petani sawit swadaya yang telah bersertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)
Disebutkan bahwa pengembangan model segrerasi tersebut seiring dengan keberhasilan petani sawit swadaya dampingan Cargill dalam mencapai sertifikasi RSPO.
Inisiatif Cargill tersebut ditujukan untuk menghadirkan rantai pasok sawit berkelanjutan, sekaligus menjadi yang pertama di dunia.
Gegara Ekspor Melambat, Turun Harga CPO di Bursa Malaysia Periode 18 Desember 2023
Hal ini menjadi komitmen kuat Cargill dalam mendukung petani swadaya untuk terlibat dalam produksi sawit berkelanjutan.
Sekaligus menjadikan petani swadaya sebagai bagian dari basis pasokan sawit perusahaan.
Di tahun 2020 diketahui kalau Cargill mengembangkan sebuah inisiatif dengan keterlibatan petani swadaya di Sumsel dan Kalbar.
Simak Pengumuman Terbaru PT KPBN Terkait Jadwal Tender Harga CPO
Kegiatan itu mendapatkan dukungan pendanaan dari Inisiatif Dagang Hijau (IDH) dan JDE, serta pendampingan dari FORTASBI.
Di situ Cargill besama petani swadaya membentuk kelompok petani (poktan) swadaya yaitu Perkumpulan Petani Swadaya Mitra Hindoli (PPSMH) di Sumsel, serta Perkumpulan Petani Mitra Harapan (PPMH) di Ketapang, Kalbar.
Kedua poktan swadaya itu dinilai telah berhasil memperoleh sertifikasi RSPO pada bulan Oktober dan November 2023.(T5)