InfoSAWIT SUMATERA, PANGKALAN BUN – Neng geulis atau si cantik Teh Putri mendapati kenyataan dan bukti bahwa ada kesetaraan gender di koperasi petani sawit yang telah bersertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Teh Putri ini benar-benar mojang Priangan. Dari keterangan resmi yang diperoleh InfoSAWIT SUMATERA, Sabtu (25/11/2023), diketahui kalau Teh Putri lahir di Bandung.
Tanggal lahirnya adalah 21 April 2002, mirip dengan tanggal kelahiran Raden Ajeng (RA) Kartini, pahlawan emansipasi perempuan Indonesia.
Asosiasi Petani Sawit Bersertifikat RSPO di Jambi Gelar Pelatihan Ecoprint Bagi 15 Perempuan
Nah, koperasi yang dimaksud di sini adalah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Mandiri (APKSM) yang merupakan anggota anggota Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Fortasbi).
APKSM diketahui beranggotakan 265 petani sawit swadaya, mengelola ratusan hektar kebun sawit dan mendapatkan pendampingan dari PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk.
APKSM berlokasi di Desa Radipi Atas dan Desa Sungai Rangit Jaya. Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
Bravo! Boru Sinaga Ini Jadi “Penjaga Gawang” Kesehatan Petani Sawit Berstandar RSPO
Krmbali ke Teh Putri. Awalnya ia tak menampik jika ada perasaan segan untuk bekerja di koperasi, terlebih karena usianya yang masih muda dan baru saja lulus SMA.
Meski awalnya ragu, ternyata pengalamanlah yang berbicara.
“Lama-kelamaan saya nyaman dengan pekerjaan saya di koperasi. Karena memang pekerjaan ini tidak begitu menekan, dan sangat banyak pengalaman,” kata perempuan berhijab tersebut.
Enaknya Petani Sawit di Daerah Ini. Sudahlah Dibina Perusahaan, Dapat Pula Insentif
Saat ini ia dipercaya menjadi Sekretaris Internal Control System (ICS) untuk mengurus sejumlah hal terkait dokumen organisasi.
Ia juga merupakan pengajar kursus komputer yang diselenggarakan oleh APKSM secara gratis, bagi anak-anak petani dan pekerja anggota.
Menurut pandangannya, perempuan perlu memiliki kesempatan besar untuk meraih apa yang mereka cita-citakan.
Lanting, Junior, dan Praca Kini Mulai Bahagia di Pulau Salat
Bahkan di tempatnya bekerja, APKSM juga mendukung keterlibatan perempuan dalam segala aktivitas, khususnya yang terkait perkebunan sawit.
Suara mereka didengar untuk memberikan masukan di setiap pengambilan keputusan, diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang.
Serta bisa memberikan gagasan yang bersifat membangun. Pekerja dari kalangan perempuan dituntut ikut memiliki peran dalam membesarkan organisasi.
Petani Sawit di Kabupaten Kobar Sedang Persiapkan Pabrik CPO Kapasitas 30 Ton Per Jam
Kesetaraan perempuan, menurut Putri, merupakan hak untuk mendapatkan kesempatan kerja, mulai dari kesetaraan jabatan, gaji yang sesuai, tidak mendapatkan diskriminasi, pelecehan hingga kekerasan seksual.
Ia juga menggarisbawahi hak perempuan lain di antaranya seperti hak cuti dan atau hak izin khusus haid, melahirkan, mengalami keguguran, dan hak ibu untuk menyusui anaknya.
Meski bekerja di industri sawit yang dianggap sebagian orang merupakan pekerjaan maskulin, tetapi Teh Putri berpendapat peran perempuan untuk terlibat aktif juga sangat penting.
Wayan Supadno Tertawakan Hasil Tender Harga CPO KPBN dan Sindir Proyek IKN
“Seperti perempuan yang ada di Asosiasi Petani Kelapa Sawit Mandiri ini, sudah ada 135 petani perempuan yang terdaftar, APKSM juga menyiapkan program pembuatan sapu lidi dari pelepah sawit yang dikerjakan oleh petani perempuan,” kata dia.
“Tidak ada batasan bagi kami para perempuan untuk mencapai segala sesuatu. Perempuan berhak menentukan pilihan dan mendapatkan kesetaraan. Jadilah perempuan yang cantik, cerdas, percaya diri, dan tetap dihormat,” tegas Teh Putri.(T5)