InfoSAWIT SUMATERA, LHOKSUKON – Di balik kenaikan harga pembelian tandan buah segar (TBS) produksi petani sawit swadaya, biasanya pasti ada sesuatu atau beberapa hal yang melatarbelakanginya.
Nah, hal tersebut ternyata juga terjadi pada harga pembelian TBS produksi petani sawit swadaya di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, dalam kurun waktu beberapa hari terakhir.
“Iya, harga TBS kami naik beberapa hari terakhir karena ada sejumlah penyebabnya,” kata Ketua DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Aceh Utara, Kastabuna.
Di Kabupaten Aceh Utara, Harga TBS PTPN I dan Swasta Saling Balapan
Hal tersebut dikatakan petani pemilik lahan sawit seluas empat hektar ini kepada InfoSAWIT SUMATERA terkait perkembangan harga pembelian tandan buah segar (TBS) produksi petani sawit di Kabupaten Aceh Utara Senin (20/11/2023).
Yang pertama, kata Kastabuna, tentu saja adanya kenaikan harga penjualan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar nasional dan global.
Hal ini seperti tergambar jelas dari hasil tender sejumlah komoditas, termasuk minyak sawit, yang digelar di PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) ya g merupakan anak usaha Holding PTPN.
Yang kedua, kata Kastabuna, sejak bulan Oktober yang lalu sudah mulai nampak tanda-tanda terjadinya trek atau penurunan produksi TBS, di perkebunan sawit rakyat.
“Termasuk di kebun sawit saya. Penurunan produksi TBS juga terjadi dan saya alami belakangan ini,” kata petani pemilik lahan sawit seluas empat hektar ini.
Ia mencontohkan, jika tidak memasuki musim trek, biasanya setiap hektar lebun sawit miliknya mampu menghasilkan TBS hingga dua ton per sekali panen.
Sungguh Dahsyat Dampak Kenaikan Harga CPO Tender KPBN, Harga TBS PTPN I Langsung Melejit
Jika dalam sebulan biasanya terjadi panen sebanyak dua kali, Kastabuna mengungkapkan, berarti hasil panen TBS dari kebun sawitnya bisa mencapai empat ton.
“Nah, sejak memasuki trek, produksi TBS saya per sekali putaran atau panen hanya mencapai 1,4 ton atau terkadang mencapai 1,6 ton,” ujar Kastabuna.
“Berarti dalam sebulan panen saya hanya mencapai 2,8 ton atau sekitar 3,2 ton. Berkurang priduksi TBS dari kebun saya sekitar 800 kilogram (Kg) sampai 1,2 ton per hektar per bulan selama trek berlangsung,” papar Kastabuna kembali.
Dan faktor ketiga, ungkapnya, malah tidak kalah menyedihkan, yaitu rumitmya penyelesaian terkait persoalan stok dan harga pupuk dalam serahun terakhir.
Yang ia lihat, problem pupuk tersebut membuat para petani menjadi kesulitan untuk mendapatkan pupuk sehingga terjadi penurunan kualitas perawatan kebun sawit.
“Ya bisa dibayangkan, berbulan-bulan terjadi penurunan kualitas perawatan kebun sawit. Kan bisa ditebak, ujung-ujungnya produksi TBS menurun,” beber Kastabuna.
Ini Segudang Prestasi Aspek-PIR Aceh yang Mengundang Decak Kagum Petani Sawit Milenial
Berbagai hal tersebut, ucap Kastabuna, berpadu dan berakibat terdongkraknya harga pembelian TBS petani sawit, termasuk yang terjadi di Kabupaten Aceh Utara.
“Sungguh paduan yang tidak sempurna. Sebab, di saat harga terus naik, di saat itu juga produksi TBS petani turun karena trek dan merosotnya kualitas perawatan kebun karena pupuk langka dan mahal,” tegas Kastabuna.(T5)