InfoSAWIT SUMATERA, JAKARTA – Pada hari yang cerah itu, Sabtu, 17 November 2017, ratusan para pelaku usaha sawit nasional meriung di halaman depan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.
Para petani, para pakar, pengusaha sawit, serta pemangku kepentingan sawit lainnya dan penulis sendiri tampak begitu semangat dan antusias mengikuti kegiatan perdana Hari Sawit Nasional.
Kegiatan itu dikoordinir oleh Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) yang saat itu masih dipimpin Derom Bangun, lalu hadir juga pihak Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), dan sejumlah organisasi petani sawit.
Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) pada Kementerian Pertanian (Kementan), Drs Bambang MM, juga hadir dan memberikan kata sambutan.
Sejak saat itu, setiap tahun pada tanggal 18 November, pelaku perkebunan kelapa sawit di Indonesia merayakan “Hari Sawit Nasional.”
Hari Sawit Nasional bukan hanya sebagai perayaan semata, tetapi juga menjadi momen penting untuk mengevaluasi kemajuan dan tantangan yang dihadapi industri kelapa sawit Indonesia.
Penetapan tanggal 18 November sebagai Hari Sawit Nasional tidak sembarangan. Ada alasan yang sangat kuat di balik kebijakan tersebut.
DMSI berkolaborasi dengan PPKS, yang memiliki ahli-ahli dan perpustakaan dengan koleksi buku sejarah masuknya kelapa sawit ke Nusantara.
Optimalisasi Kebun Sawit TBM untuk Peningkatan Produksi Jagung Sesuai Arahan Presiden
Berdasarkan literatur yang ditulis oleh Hunger di tahun 1924, komersialisasi kelapa sawit dari status tanaman hias terjadi pada18 November 1911.
Oleh karena itu, DMSI memutuskan untuk menetapkan tanggal ini sebagai Hari Sawit Nasional.
Seiring berjalannya waktu, industri kelapa sawit di Indonesia telah menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian negara.
Dalam delapan tahun terakhir, peran penting kelapa sawit tidak dapat diabaikan begitu saja.
Meski Melemah, Harga Palm Kernel Hasil Tender Astra Periode 16-17 November 2023 Tetap Lumayan
Namun, perayaan Hari Sawit Nasional seharusnya tidak hanya menjadi ajang kebanggaan semata, melainkan juga kesempatan untuk mengkaji perkembangan industri ini.
Salah satu aspek yang patut dievaluasi adalah dampak lingkungan dari industri kelapa sawit.
Meskipun memberikan kontribusi ekonomi yang besar, ekspansi perkebunan kelapa sawit seringkali dianggap sebagai biang deforestasi, kerusakan habitat, dan konflik dengan masyarakat lokal.
Oleh karena itu, penting bagi industri ini untuk terus berupaya meningkatkan praktik berkelanjutan dan bertanggung jawab secara lingkungan.
Dalam pantauan InfoSAWIT (jejaring InfoSAWIT SUMATERA di Mitra Media Network/MMN Group), Sabtu (18/11/2023), upaya pengemangan sawit sesuai kaidah lingkungan telah dilakukan semenjak 2011 silam.
Hal ini ditandai dengan munculnya kebijakan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Bahkan untuk kebijakan ini para pelaku perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam GAPKI telah berkomitmen penuh menerapkan kebijakan tersebut.
Pada saat ini, sekitar 85 persen anggota GAPKI telah memperoleh sertifikat ISPO.
Dua Tahun Terakhir, Minyak Sawit Kuasai Market Share Minyak Nabati Global
Diungkapkan Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, GAPKI berkomitmen untuk terus meningkatkan jumlah anggotanya yang memenuhi persyaratan ISPO.
Disebutkan bahwa salah satu langkah konkret yang akan diambil adalah mengadakan klinik ISPO kembali.
Langkah ini diharapkan dapat membantu mengatasi kendala – kendala yang mungkin dihadapi oleh anggota GAPKI dalam mendapatkan sertifikasi ISPO.
“Kami berharap, dengan upaya ini, kami dapat mencapai persentase yang lebih tinggi, bahkan jika tidak mencapai 100 persen, setidaknya kami bisa menambahkan 10 persen lagi,” ujar Eddy Martono.
Tiongkok Dijadikan Kemendag sebagai Penyebab Naiknya Harga Referensi CPO Periode 16-30 November 2023
Hal itu ia sampaikan kepada InfoSAWIT, saat ditemui di Kantor GAPKI di Jakarta. (Baca majalah InfoSAWIT edisi Oktober 2023)
Sementara di kalangan petani, upaya penerapan kebijakan itu masih saja dianggap lambat.
Ada penjelasan menarik dari Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Fortasbi), sebuah lembaga yang menjadi payung bagi petani sawit bersertifikat ISPO dan RSPO.
Di laman resmi mereka, FORTASBI menyebutkan petani kelapa sawit yang bersertifikat berkelanjutan baru terfokus di tujuh provinsi saja.
Bersumber pada Bursa CPO, Pemerintah Menaikkan Harga Referensi CPO Periode 16-30 November 2023
Yakni Sumatera Utara (Sumut), Riau, Jambi, Sumatera Selatan (Sumsel), Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Timur (Kaltim), dan Kalimantan Tengah (Kalteng).
Adapun total kelompok atau grup yang tergabung mencapai 51 grup petani, dengan total lahan yang dikelola sekitar 33 ribu ha meliputi 15 ribu petani.
Artinya baru sekitar 0,2 persen lahan petani kelapa sawit yang telah bersertifikat minyak sawit berkelanjutan.
Jauh sekali dari total lahan yang dikelola petani yang mencapai 6,5 juta ha. Tentu saja ini menjadi pekerjaan besar bagi pemerintah.
Melejit, Harga CPO dan Palm Kernel Mitra Plasma Jambi Periode 17-23 November 2023
Baik pemerintah pusat dan daerah, guna melecut penerapan skim ISPO bagi petani sawit.
Terlebih kini telah ada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia.
Perpres itu telah mengamanatkan bahwa petani kelapa sawit mesti wajib menerapkan praktik budidaya sawit berkelanjutan.
Hal ini sesuai dengan Prinsip dan Kriteria ISPO di tahun 2025 mendatang, atau hanya tersisa sekitar dua tahun lagi.
PLN Yakin Listrik Ramah Lingkungan Mampu Dongkrak Kinerja 68 PKS Milik Holding PTPN
Diungkapkan Sekretariat Komite ISPO, Herdradjat Natawidjaja, guna mempercepat penerapan ISPO bagi petani syarat ISPO pun mulai disederhanakan.
Yakni hanya terdapat empat syarat, pertama, Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan (STDB), kedua, bukti kepemilikan atas tanah.
Ketiga, memiliki Tim Sistem Kendali Internal (Internal Control System/ICS) dan Keempat, memiliki Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL). (Baca majalah InfoSAWIT edisi Agustus 2023).
Dengan demikian, Hari Sawit Nasional seharusnya menjadi dorongan bagi para pelaku sawit untuk terus berinovasi dan bertransformasi.
Setelah POME dan Tankos, Limbah Sawit yang Satu Ini Bakal Digarap Holding PTPN dan PLN
Industri kelapa sawit di Indonesia perlu terus berkomitmen untuk menjadi pelopor dalam praktik berkelanjutan, juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Dengan demikian, kelapa sawit tidak hanya menjadi sumber ekonomi yang kuat, tetapi juga menjadi pionir dalam upaya pelestarian lingkungan yang berkelanjutan. (T2/T5)