InfoSAWIT SUMATERA, SIANTAR – Proses regenerasi petani sawit, dari orangtua ke anaknya, tidak seharusnya dan jangan sampai mandek. Sebab, hanya dengan begitu, perkebunan sawit berkelanjutan juga terjadi pada tingkat pelaku.
Hal ini diungkapkan oleh Sakban Saragih selaku Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), saat membuka acara diskusi kelompok terpumpun atau focus group discussion (DKT/FGD) bertema “Petani Sawit Milenial”.
Kegiatan itu diselenggarakan secara luring (offline) dan daring (aplikasi zoom) oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspek-PIR), baik DPP maupun DPD I Sumut.
Aspek-PIR dan BPDPKS Sukses Gelar Workshop Petani Sawit Milenial di Banten
Kegiatan tersebut dihadiri oleh lebih 100 petani sawit milenial dari Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan yang merupakan wilayah sentra sawit di sekitar Kota Siantar.
Hadir juga dalam kegiatan itu Ketua DPD I Aspek-PIR Sumut dan Riau, yakni Syarifuddin Sirait dan Tryantana, Direktur Eksekutif dan Wakil Ketua DPP Aspek-PIR yakni Effendi Pasaribu dan Agus Sutarman.
Sementara itu hadir secara daring yakni M. Rahmad selaku Staf Senior dari Divisi Kemitraan dan Civil Society BPDPKS.
Berpidato tanpa teks, Sakban Saragih mengungkapkan sejumlah penyebab mulai munculnya gejala mandeknya proses regenerasi di kalangan petani kelapa sawit, termasuk di Kabupaten Simalungun.
“Di Kabupaten Simalungun, misalnya, para generasi milenial yang anak petani sawit melihat langsung kalau harga TBS dari kebun bapaknya dibeli dengan harga murah,” kata Sakban.
Yang membeli, sambung Sakban, adalah pedagang atau pengusaha perantara atau toke sawit. “Yang milenial ini lebih suka jadi toke ketimbang petani,” kata Sakban.
InfoSAWIT SUMATERA Raih Piagam Penghargaan dari Aspek-PIR Indonesia
Karena itu ia berharap ada proses yang dilakukan Pemerintah dan semua pihak terkait agar generasi milenial mau melanjutkan usaha perkebunan sawit orangtua mereka.
Salah satu caranya, kata dia, adalah dengan memberdayakan para petani sawit yang merupakan orangtua dari generasi milenial, termasuk dengan cara membangun koperasi atau pun kelompok tani (poktan).
Selanjutnya, kata dia, koperasi atau poktan ini diajak bermitra ke perusahaan sawit agar harga TBS produksi petani sawit terlindungi.
Petani dan Perusahaan Sawit di Kabupaten Simalungun Diharapkan Bermitra
“Dan dengan demikian hal ini bisa membuat generasi milenial tetap mau meneruskan usaha orang tua mereka sebagai petani sawit,” tegas Sakban Saragih.(T5)