InfoSAWIT SUMATERA, PANGKALAN BUN – Para petani sawit yang tergabung dalam 20 anggota kelompok tani (poktan) di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) sedang berbahagia.
Sebab, seperti keterangan resmi yang diperoleh InfoSAWIT SUMATERA, Minggu (12/11/2023), para petani sawit tersebut sedang atau sudah menikmati hasil panen dari komoditas lain di perkebunan sawit seluas 20 hektar (Ha).
Loh, kok bisa? Bagaimana ceritanya?
Begini, para petani sawit tersebut saat ini sedang menjalani program peremajaan sawit rakyat (PSR), dan usia tanaman sawit mereka saat ini baru satu tahun.
Artinya, butuh waktu dua atau tiga tahun lagi agar mereka menikmati hasil panen dari berjualan tandan buah segar (TBS) dari kebun hasil program PSR tersebut.
Tentu selama sawit belum panen, maka petani tak punya penghasilan tetap. Nah, untuk mengatasi hal ini, pihak peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset ekonomi sosial.
Tujuannya adalah untuk menciptakan ekonomi sirkular bagi petani sebwlum sawit bisa dipanen tepat pada waktunya.
Dalam penelitian itu, ada sejumlah tim daei BRIN yang turun tangan, seperti Tim Periset Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PR SPBPDH).
Harga CPO KPBN Meroket, Harga TBS Swadaya di Riau Mendaki pada Akhir Pekan
Lalu, ada juga tim lainnya yaitu Pusat Riset Veteriner, Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, Pusat Riset Tanaman Pangan, dan Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan.
Ermin Widjaja selaku Ketua Tim PR SPBPDH BRIN mengatakan, riset yang dilakukan adalah dalam bentuk aplikasi atau terapan yang mampu menghasilkan model optimalisasi pemanfaatan area replanting sawit.
Ia menambahkan, riset ini baru berjalan satu tahun, tapi idealnya untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, setidaknya riset berjalan selama dua tahun
Kata dia, tersedianya lahan sela sangat luas di area replanting bisa dimanfaatkan untuk pengembangan komoditas lain, baik berupa tanaman pangan maupun tanaman hortikultura.
Hal ini, ucap Ermin Widjaja, bisa diterapkan di sela-sela tanaman sawit yang baru memasuki fase tanaman belum menghasilkan (TBM), atau belum berumur 3-4 tahun.
“Dengan demikian hal ini dapat memunculkan kegiatan ekonomi baru selama sawit masih dalam fase tanaman belum menghasilkan atau TBM,” ucap Ermin Widjaja.
Adapun komoditas yang diterapkan sebagai tanaman sela di lahan replanting itu adalah jagung.
Nanti hasil panen jagung itu, kata Erwin, diharapkan dapat dimanfaatkan para petani untuk pakan ternak unggas yang menghasilkan telur, daging dan pupuk organik.
KOMS Pertanyakan Tidak Lanjut Kasus Korupsi Fasilitas Persetujuan Ekspor CPO dan Produk Turunannya
Dengan demikian, ucapnya, terdapat sumber penghasilan baru untuk petani sawit yang terintegrasi dengan usaha lainnya dan menghasilkan sirkulasi ekonomi yang menambah pendapatan petani.
“Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan rintisan kegiatan ekonomi sirkular kelompok tani sawit peserta program PSR yang mampu meningkatkan pendapatan lebih dari 50 persen,” kata dia.
Erwin mengungkapkan, budidaya jagung di area replanting sawit seluas 20 Ha juga dikembangkan pembuatan pupuk organik yang diperkaya dengan mikroba.
“Dengan bahan dasar limbah pabrik kelapa sawit seperti abu boiler sebanyak 20 persen, solid sawit 30 persen, serat perasan buah atau fiber sebanyak 30 persen.
Ampun Bang Jago, Harga TBS Swadaya di Pesisisr Selatan Lebih Rendah Rp 400 dari Kabupaten Lain
Kemudian kotoran ayam sebanyak 20 persen, dan dekomposer sekitar 0,1 persen; serta budiaya ayam petelur sebanyak 1000 ekor dengan menggunakan campuran pakan lokal.
“Kegiatan ini dapat dilakukan pada masyarakat sawit yang sudah berkelompok dan tergabung pada kelembagaan yang memiliki modal seperti koperaai unit desa atau KUD,” kata Erwin.
Wajar saja demikian. Sebab, sambung Erwin, hal ini dikarenakan modal yang diperlukan cukup besar untuk kegiatan replanting yang terintegrasi.
Seperti dengan komoditas jagung dan ternak unggas secara terpadu dan berkelanjutan, sehingga memerlukan dukungan dari pemerintah.
Bela Petani Sawit, 9 Wakil Rakyat di Kabupaten Pesisir Selatan Usulkan Ini
Ermin berharap, kegiatan ini bisa menjadi model bagi lokasi lain yang memiliki potensi yang serupa dan komoditasnya seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan lain-lain.
Yang semuanya, ucap Erwin, disesuaikan dengan peluang kegiatan bisnis di lokasi peremajaan sawit rakyat tersebut.
“Dengan demikian, kegiatan ekonomi sirkular yang menjadi tujuannya bisa menjadi penggerak ekonomi wilayah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tegas Widjaja.(T5)