InfoSAWIT SUMATERA, MEDAN – Setiap tanggal 10 November, termasuk di tahun 2023 ini, bangsa Indonesia memeringati Hari Pahlawan Nasional.
Momen bersejarah ini mencatatkan kisah heroik para pejuang kemerdekaan yang gigih dalam pertempuran di Kota Surabaya, yang kini tercatat sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Dari peristiwa bersejarah ini kita mengenal nama-nama pejuang tangguh seperti Bung Tomo, Moestopo, Gubernur Suryo, Mayjen Sungkono, HR Muhammad Mangoendiprodjo, dan KH Hasyim Ays’ari.
Namun, sejarah tidak melulu mencatat nama-nama besar sebagai pejuang. Ada juga nama-nama pejuang yang nyaris tidak dikenal publik secara luas, tetapi punya sumbangsih yang besar buat bangsa Indonesia.
Puyeng, Sejak Tanggal 7-9 November 2023 Harga Palm Kernel Tender Astra Berakhir WD
Nama-nama pejuang “skala kecil” itu akhirnya bisa masuk ke “skala besar” atau menasional berkat “bantuan” pihak lain di waktu yang berbeda.
Salah satunya adalah Timur (Sitorus) Pane, seorang pejuang kemerdekaan yang diketahui berlatar belakang pedagang jengkol, lada, serta merupakan seorang pencopet, sekaligus menjadi pimpinan para preman.
Tak banyak yang tahu sosok pria Batak bermarga Sitorus Pane ini, sebelum akhirnya Asrul Sani, seorang seniman besar sekaligus sutradara, membuat film berjudul Naga Bonar yang dirilis pada tahun 1987.
Film yang diperankan aktor Deddy Mizwar ini booming dan menjadi box office di masa itu. Film Naga Bonar sendiri diakui Asrul Sani diadaptasi dari ketokohan Timur Pane.
Semalam Meroket, Sekarang Melorot. Ini Harga CPO Tender KPBN Periode 9 November 2023
Di kehidupan nyata, saat perang kemerdekaan, Timur Pane mengangkat dirinya sendiri sebagai Jenderal Mayor. Hal yang sama dilakukan juga oleh Naga Bonar.
Film bergenre komedi ini menampilkan juga sejumlah pertempuran yang dilakoni Naga Bonar dan pasukannya, termasuk di kawasan perkebunan sawit masa itu.
20 tahun kemudian, tepatnya di tahun 2007, Deddy Mizwar kembali membintangi sekuel Naga Bonar 2. Di film ini Deddy Mizwar telah menjadi seorang veteran.
Naga Bonar tua di film ini digambarkan memiliki perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Fluktuatif Harga CPKO Hasil Tender KPBN Periode 8-9 November 2023
Ia punya seorang anak bernama Bonaga yang diperankan Tora Sudiro. Bonaga digambarkan sebagai pengusaha muda.
Suatu hari Bonaga menunjukan peta, ter.asuk berisi kawasan perkebunan sawit milik bapaknya.
Kepada Naga Bonar, bapaknya, Bonaga bilang perkebunan sawit tersebut diincar investor luar negeri untuk dijadikan resort.
“Kau bilang buat apa tadi?” tanya Nagabonar saat berdialog dengan Bonaga, anaknya.
Buku Mitos vs Fakta Sawit Ditelaah di Universitas Udayana Bali
“Resort. Nanti akan ada hotelnya, rumah, lapangan olahraganya. Nanti orang-orang yang menginap di sana, para turis itu akan berdarma wisata ke desa-desa,” kata Bonaga menjelaskan.
“Nah, orang-orang desa itu nanti akan mendapatkan penghasilan dari para turis itu. Nah satu lagi, Pak, pohon kepala sawit kita itu kan sudah tua, sudah tidak produktif, iya kan? Itu akan kita biarkan saja sebagai hiasan,” terang Bonaga.
“Bonaga, pohon kelapa sawit itu kutanam dengan tanganku sendiri di tanah nenekmu, dan di sana itu ada kuburan makmu, nenekmu, dan pamanmu si Bujang yang bengak itu. Sudah ku bilang jangan bertempur, dia bertempur juga, sekarang mati dia, dimakan cacing dia. Lupa kau Bonaga?” bentak Nagabonar.
“Itulah yang membuat aku bingung,” kata Bonaga sambil menggaruk kepala.
Peneliti BRIN Kaji 1.000 PKS Bisa Hasilkan Biogas Pengganti Energi Minyak Bumi
“Tidak perlu bingung, kau bilang saja tidak!” tegas Nagabonar setengah berteriak.
Dialog antara Naga Bonar dan Bonaga itu, kalau kita cermati, tentu menggambarkan betapa pentingnya perkebunan sawit bagi kelangsungan hidup masyarakat.
Melalui perkebunan sawit, Naga Bonar telah berhasil tetap menghimpun memori dan kenangan bersejarah saat dirinya bertempur melawan kolonialisme Belanda.
Apalagi di kawasan perkebunan sawit miliknya dikubur orang-orang terdekatnya yang telah wafat.
Wayan Supadno Tertawakan Hasil Tender Harga CPO KPBN dan Sindir Proyek IKN
Perkebunan sawit itu juga menunjukkan bahwa Naga Bonar dan siapapun di antara kita yang menjadi petani sawit, telah berhasil menghidupi keluarga dan menyekolahkan anaknya hingga sukses menjadi seorang pengusaha.
Tetapi ada yang alpa di film Naga Bonar 2 dan (seharusnya) tidak perlu diikuti oleh para petani sawit di Indonesia, yaitu gagalnya proses regenerasi sebagai pelaku usaha sawit.
Naga Bonar mampu bertempur melawan Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Tetapi puluhan tahun kemudian dia tak mampu menjadikan anaknya memberi perhatian ke usaha perkebunan sawit miliknya.
Maksimalkan Pendapatan Petani, DPP Aspek-PIR Bagi Pengutip Berondolan
Naga Bonar juga tak melakukan peremajaan terhadap tanaman sawitnya yang telah berusia tua sehingga tidak produktif lagi.
Situasi ini menggoda Bonaga, anaknya, untuk membujuk Naga Bonar agar mau menjual kebun sawit tua itu untuk dijual ke pengusaha properti.
Mungkin ini hanya sebuah film. Tetapi bagi para pelaku usaha sawit, seharusnya film ini bisa mengajarkan banyak hal.
Dimulai dari bukti bahwa sawit mampu menyejahterakan petani dan keluarganya, sampai perlunya kesadaran untuk ikut program peremajaan sawit rakyat (PSR) agar tanaman tua bisa diganti.
Sudah Tak Menjabat, Dua Mantan Bupati di Aceh Malah Terjerat Kasus Korupsi Program PSR
Serta, ini yang tak kalah pentingnya, perlunya petani sawit mendidik anak-anaknya untuk mencintai sawit, termasuk dengan menyekolahkan generasi muda itu ke sekolah sawit yang dibiayai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Sebab sering terjadi anak-anak para petani sawit justru tak lagi berprofesi sebagai petani sawit, melainkan jadi pegawai negeri atau pun swasta.(T5)
DISCLAIMER:
Bahan-bahan tulisan ini sebagian dicuplik dari berbagai situs berkompeten seperti situs milik TNI dan sejumlah media daring seperti Kompas, Tirto, dan Kumparan.