InfoSAWIT SUMATERA, NUSA DUA – Tahun 2024 tinggal dua bulan lagi. Tetapi di tahun tersebut diperkirakan harga berbagai jenis minyak nabati di pasar global bakal semakin meningkat.
Prediksi tersebut dilontarkan oleh peneliti minyak nabati global dari Oil World, Thomas Mielke dalam presentasinya di Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2023, di Nusa Dua Bali, Jumat (3/11/23).
“Dengan perkiraan yang ada saat ini, diperkirakan akan terjadi defisit produksi global pada tahun 2024, maka diprediksi akan terjadi kenaikan harga minyak nabati,” kata Thomas Mielke.
Menimbang Nasib Bisnis Biodiesel Sawit di 2024 yang Berpotensi Terpengaruh Sikap 3 Raksasa
Ia mengatakan, produktivitas kelapa sawit masih menjadi isu kritis di tengah meningkatnya kebutuhan global terhadap minyak nabati yang sangat tinggi dalam lima belas tahun terakhir.
Situasi ini, kata Thomas, diprediksi akan terus meningkat di masa yang akan datang.
Thomas mengatakan, fuktuasi harga minyak nabati di pasar global yang tidak terduga sangat mungkin terjadi.
Analis Bloomberg Bilang Begini Soal Nasib Ekspor CPO Indonesia ke Tiongkok
“Mengingat dalam tiga tahun terakhir pasar memberikan reaksi yang luar biasa besar terkait perubahan gangguan pasokan,” kata dia.
Menurutnya, produksi kelapa sawit dunia diprediksi akan mengalami penurunan selama 10 tahun ke depan, dengan rata-rata hanya 1,7 juta ton per tahun hingga 2030.
“Berbeda dengan kondisi sebelumnya, yakni periode 2010 hingga 2020 yang menunjukan kenaikan produksi rata-rata mencapai 2,9 juta ton,” kata dia.
Ehh, Pakistan Pun Ikut Mengeluh, Berharap Dapat Lebih Banyak CPO dari RI
Thomas mengataman kalau konsumsi minyak nabati global terus mengalami oeningkatan yang sangat signifikan selama 10 tahun ke belakang.
“Terutama untuk kebutuhan makanan, energi, dan oleokimia,” ucap Thomas.
Lalu, papar Thomas, sebanyak 20 persen kebutuhan oils dan fats dunia digunakan untuk sektor energi terbarukan.
Sering Kelimpungan, India Minta Pemerintah Indonesia Tidak Lagi Mempersulit Ekspor CPO
“Seperti produksi biodiesel dan sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun yang lain,” kata dia.
Produksi biodiesel pada tahun 2023 mengalami kenaikan hingga 57 juta ton. Sebanyak 10,5 juta ton di antaranya adalah produksi biodiesel Indonesia.
Thomas bilang, kelapa sawit Indonesia telah menyumbang 54 persen dari ekspor minyak sawit dunia.
Namun, ucapnya, penurunan produksi kelapa membuat daya saing minyak nabati tersebut di pasar global menjadi memburuk.
Thomas memprediksi, penurunan ekspor tersebut masih akan terjadi selama dua tahun ke depan seiring dengan turunnya produksi sawit Indonesia.
“Peningkatan yield per hektar di tengah keterbatasan lahan akibat adanya kebijakan moratorium harus segera dilakukan jika Indonesia tetap ingin menjadi produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar di dunia,” tegas Mielke.(T5)