Ini Dasar Ilmiah Periset BRIN Terkait Penggunaan Limbah Sawit untuk Diagnosa Penyakit Paru

oleh -1213 Dilihat

InfoSAWIT SUMATERA, JOGJAKARTA – Indra Saptiama selaku periset Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosometri (PRTRRB) dari Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membeberkan manfaat dari limbah sawit.

Indra Saptiama, berdasarkan keterangan resmi yang diperoleh InfoSAWIT SUMATERA, Sabtu (21/10/2023) malam, memaparkan latar risetnya terkait pengembangan nanopartikel karbon dari limbah kelapa sawit.

“Riset ini berangkat dari minimnya teknologi terkait diagnosis gangguan emboli paru yang mudah dan murah,” kata Indra Saptiama.

Hal itu ia katakan seusai kegiatan penandatanganan kerjasama antara PRTRRB BRIN dengan pihak Fakultas Teknik (FT) Universitas Gajah Mada (UGM), di Jogjakarta, Kamis (19/10/2023).

Dahsyat, Nanopartikel Karbon Limbah Sawit Bisa Dipakai untuk Diagnosa Penyakit Paru

Kerjasama itu dilakukan guna mengkaji kemungkinan penggunaan nanopartikel karbon limbah sawit untuk kepentingan medis, khususnya untuk upaya mendiagnosa berbagai penyakit paru, termasuk emboli paru.

Indra Saptiama menuturkan, sebagai informasi ada sebanyak 75-269 kasus diganosa emboli paru pada 100.000 orang di Eropa, Amerika, dan Australia.

“Sedangkan di Indonesia masih belum diketahui secara pasti prevalensinya dikarenakan diagnosanya yang sulit dan mahal,” ujarnya.

Karenanya, kata dia, diperlukan diagnosa dan pengobatan yang tepat pada pasien. Salah satunya melalui pencitraan ventilasi menggunakan nano aerosol karbon bertanda 99mTc yang dihasilkan oleh generator komersial.

Sering Ditanyai Presiden Jokowi, Kementan dan BRIN Galang Kerjasama Hasilkan Benih Varietas Unggul, Termasuk Sawit

Karena itu, ia dan timnya dengan sangat yakin merekomendasikan pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan aerosol karbon.

“Indonesia adalah negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dan limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan aerosol karbon, akan memberi nilai tambah secara komersial,” terang Indra.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan pembuatan treated-oil palm shell charcoal (t-OPSC) menggunakan proses hidrotermal pada suhu 200°C selama dua jam.

Kemudian, kata Indra, dilanjutkan dengan preparasi t-OPSC nanoparticles, dikarakterisasi, dan kemudian dilakukan penandaan t-OPSC dengan 99mTc.

BRIN, USU, dan PTPN IV Sepakat Manfaatkan Bungkil Inti Sawit untuk Pakan Ternak Unggas

“Namun masih diperlukan adanya optimasi penandaan dan produksi aerosol,” ucap Indra.

Indra mengatakan bahwa saat ini penggunaan partikel karbon bertanda 99mTc hanya dipraktikkan di Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin Bandung. (T5)

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com