InfoSAWIT SUMATERA, JOGJAKARTA – Tanamam kelapa sawit benar-bemar karunia dari Tuhan Yang Mahaesa untuk masyarakat dan bangsa Indonesia, tidak hanya dari sisi ekonomi dan sosial, melainkan juga untuk kepentingan medis.
Yang terbaru adalah adanya kemungkinan penggunaan nanopartikel karbon limbah sawit untuk kepentinhan medis, khususnya untuk upaya mendiagnosa berbagai penyakit paru, termasuk emboli paru.
Dari keterangan resmi yang diperoleh InfoSAWIT SUMATERA, Sabtu (21/10/2023), disebutkan bahwa upaya tersebut sedang dijajaki oleh dua pihak ilmuwan.
Yakni Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosometri (PRTRRB) dari Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan pihak Fakultas Teknik (FT) Universitas Gajah Mada (UGM).
Uoaya kerjasama itu ditandai dengan penandatangan kerjasama yang dilakukan di Jogjakarta, Kamis (19/10/2023), antara Kepala PRTRRB BRIN, Tita Puspitasari, dengan Selo selaku Dekan FT UGM.
Dalam acara itu Tita Puspitasari menyampaikan bahwa saat ini aerosol bertanda Technetium-99m (99mTc) yang merupakan radioperunut, belum banyak digunakan di Indonesia.
BRIN, USU, dan PTPN IV Sepakat Manfaatkan Bungkil Inti Sawit untuk Pakan Ternak Unggas
Padahal, kata Tita, radioperunut tersebut dapat dimanfaatkan untuk pencitraan ventilasi paru guna mendiagnosa berbagai penyakit paru, termasuk emboli paru.
“Ke depan radioperunut ini akan banyak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan produk radiofarmaka dari luar negeri,” ujarnya.
Untuk itu, ia menilai upaya pengembangan awal teknologi produksi radioperunut ini sangat penting bagi Indonesia.
Dukung Kinerja Satgas Sawit, Luhut Panjaitan Minta BRIN Lakukan Ini
Menurutnya, PRTRRB sudah mulai mengembangkan aerosol bertanda 99mTc dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium radioisotop – radiofarmaka dan ketersediaan 99mTc yang diproduksi secara rutin.
Namun, ungkap Tita, pembuatan aerosol ini memerlukan karbon aktif yang memiliki kriteria khusus, sehingga dapat ditandai dengan 99mTc secara optimal.
Tita mengungkapkan alasan pihaknya menggandeng FT UGM dalam kolaborasi ini, yakni punya berpengalaman dalam penelitian dan pengembangan karbon nanopori dari cangkang kelapa sawit.
BRIN dan BRGM Lakukan Sesuatu di Lahan Gambut di Provinsi Sentra Sawit Ini
“Karbon nanopori yang dihasilkan FT UGM diperkirakan memiliki kapasitas penandaan yang besar terhadap 99mTc,” beber Tita.
Dengan demikian pihaknya berharap kolaborasi tersebut dapat mempercepat penelitian dan pengembangan aerosol bertanda 99mTc untuk diagnosa paru-paru.
Bak gayung bersambut. Itikad baik tersebut mendapat tanggapan positif dari Selo selaku Dekan FT UGM.
Sering Ditulis InfoSAWIT SUMATERA, Ternyata Ini Manfaat Palm Kernel
“Kolaborasi ini wujud sinergi kita untuk menghilangkan duplikasi hasil riset, sehingga hasilnya maksimal,” jelas Selo di acara tersebut.
Menurutnya, kolaborasi antara dua institusi besar yaitu BRIN dan UGM yang saling support dalam hal riset bertujuan untuk kebaikan bersama.(T5)