InfoSAWIT SUMATERA, BEIJING – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) secara redmi telah meminta Presiden Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, untuk mencabut larangan impor minyak sawit asal Indonesia.
Berdasarkan keterangan resmi yang diperoleh InfoSAWIT SUMATERA, Rabu (18/10/2023), disebutkan bahwa permintaan Jokowi ini disampaikan saat kedua belah pihak bertemu di Hotel Dunia Tiongkok, Beijing, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Selasa (17/10/2023).
Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan itu adalah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Untung Ada India dan RRT, Ekspor CPO Indonesia Naik di Juli 2023
Kemudian, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku Ad Interim Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Erick Thohir, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Duta Besar RI untuk RRT Djauhari Oratmangun.
Presiden Jokowi yang juga kader PDI Perjuangan ini mengatakan bahwa minyak sawit merupakan komoditas unggulan Indonesia yang diproduksi dengan memperhatikan standar lingkungan.
“Saya usul kita bentuk mekanisme khusus untuk membuka kembali akses pasar minyak sawit Indonesia di Sri Lanka,” ungkap ayah dari Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka ini.
Soal EUDR, Ini Pesan Presiden Jokowi ke PM Belanda Mark Rutte
Secara umum, untuk bidang Ekonomi, Presiden Jokowi menyambut baik keinginan Sri Lanka untuk membentuk perjanjian perdagangan preferensi atau preferential trade agreement dengan Indonesia.
Berdasarkan data, volume perdagangan Indonesia-Sri Lanka turun 27,5 persen pada tahun 2022 sehingga dibutuhkan upaya bersama untuk meningkatkan nilai perdagangan kedua negara.
“Untuk itu, saya menyambut baik keinginan Sri Lanka membentuk preferential trade agreement dengan Indonesia,” ujar Presiden Jokowi.
Waduh, Kasus Minyak Goreng Berbuntut Panjang. Seorang Menteri Jokowi Diperiksa Kejaksaan Agung
Sebagai pengingat saja, dari berbagai sumber dimetahui kalau saban tahun Sri Lanka mengimpor minyak sawit sebanyak 200.000 ton, dan 70 persen di antaranya diimpor dari Indonesia, sisanya dari Malaysia.
Nilai impor minyak sawit ini sebenarnya relatif kecil. Dan selama ini diketahui kalau Sri Lanka bukan pasar tradisional Indonesia untuk urusan minyak sawit.
Tetapi beberapa tahun yang lalu, rejim pemerintahan sebelumnya yang berkuasa di Sri Lanka menerapkan kebijakan larangan impor dan penggunaan minyak sawit.
Mumpung Pak Jokowi Masih Jadi Presiden RI, Program Ini Harus Dikebut Petani Sawit
Saat itu pihak rejim mendasarkan keputusan larangan itu dari pendapat para ahli lingkungan setempat yang menuding perkebunan kelapa sawit telah merusak lingkungan.
Saat itu, seperti dikutip InfoSAWIT SUMATERA dari laman CNN Indonesia, Pemerintah Sri Lanka mewajibkan perusahaan dan entitas yang telah melakukan budidaya sawit untuk menghapusnya secara bertahap
“Dengan pencabutan 10 persen sekaligus dan menggantinya dengan budidaya karet atau tanaman ramah lingkungan setiap tahun,” ungkap pernyataan dari kantor Presiden Sri Lanka waktu itu.
Dan Presiden Jokowi Pun Dikirimkan Kabar Soal Nasib Petani Sawit Desa Singkuang I Madina
Diketahui, industri minyak sawit Sri Lanka telah menginvestasikan 26 miliar rupee Sri Lanka atau US$ 131 juta untuk memiliki 11 ribu hektar (Ha) perkebunan kelapa sawit.(T5)