InfoSAWIT SUMATERA, JAKARTA – Biomassa berbahan limbah sawit, serpihan kayu, serbuk gergaji, dan bahan limbah organik lainnya menjadi sumber potensi bioenergi, termasuk untuk suplai listrik, bagi Indonesia.
Apalagi saat ini diketahui kalau potensi bioenergi Indonesia sangat besar dan bisa dijadikan sebagai sumber energi masa depan.
Bioenergi dapat menggantikan energi fosil dalam hampir semua bidang, seperti transportasi, ketenagalistrikan, industri, dan rumah tangga.
Pemanfaatan bionergi, terutama produk biomassa, dapat menjadi sumber energi yang lebih baik untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dan diproyeksikan dapat membantu meningkatkan ketahanan energi nasional.
“Indonesia mempunyai potensi bioenergi sumber biomassa yang sangat besar, yaitu setara dengan 56,97 GW listrik,” kata Ego Syahrial.
Saat ini ia tercatat sebagai Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Strategi Percepatan Penerapan Energi Transisi dan Pengembangan Infrastruktur Energi.
Dari keterangan resmi yang diperoleh InfoSAWIT SUMATERA, Jumat (13/10/2023), disebutkan Ego Stahrial menyampaikan hal itu saat memberikan kata sambutan pada acara HEATECH INDONESIA di Jakarta International Expo beberapa waktu yang lalu.
Kata dia, pada tahun 2060 Indonesia akan membangun lebih dari 700 GW pembangkit energi terbarukan, termasuk 60 GW berasal dari pembangkit listrik bioenergi.
Mau Investasi Bioenergi Sawit, Ini Sejumlah Kemudahan dari Pemerintah
Ego menambahkan, selain pemanfaatan biomassa untuk pembangkit listrik, sumber daya tersebut juga akan dioptimalkan melalui program cofiring biomassa untuk pembangkit listrik tenaga batubara (coal fired power plant/CFPP) yang sudah ada.
Penerapan cofiring sendiri, ungkapnya, telah dilakukan sejak tahun 2020 dengan blending rate 1 persen hingga 15 persen, tergantung jenis boiler serta ketersediaan bahan baku.
“Biomasa cofiring akan diterapkan pada 113 unit PLTU milik PLN di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.664 MW, menggunakan berbagai sumber biomassa seperti serbuk gergaji, serpihan kayu, limbah sawit dengan tingkat pencampuran 5 persen sampai 15 persen,” jelas Ego.
Kata dia, tujuan pembakaran bersama biomassa pada PLTU yang ada adalah untuk memenuhi keekonomian penyediaan tenaga listrik.
Konglomerasi Sawit Borong Penghargaan Subroto untuk Bioenergi
Kemudian, meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menghijaukan PLTU dalam waktu yang lebih cepat.
“Tahun 2023, cofiring akan di apikasikan di 42 lokasi. Proyek ini dapat menghasilkan 2.740 GWh energi ramah lingkungan dan mengonsumsi 2,2 juta ton biomassa,” terang Ego.
Sebagai informasi, hingga semester pertama tahun ini, cofiring telah diterapkan di 36 lokasi dan menghasilkan energi hijau sebesar 325 GWh, yang mengurangi emisi sebesar 321 kt CO2.
Total biomassa yang digunakan pada pembangkit listrik tersebut adalah sebesar 306 kilo ton.
Proses Panjang dalam Penerapan Bioavtur Sawit ke Dunia Penerbangan
Dan untuk mendukung pengembangan cofiring, Kementerian ESDM tengah menyelesaikan peraturan menteri tentang penerapan cofiring pada PLTU yang sudah ada. (T5)