InfoSAWIT SUMATERA, TANGERANG – Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menunjukan keseriusan dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) dari beragam sumber, termasuk yang berbasis kelapa sawit.
Salah satu upaya tersebut yang dinilai menunjukan kemajuan adalah penciptaan dan penggunaan bahan bakar nabati (BBN) untuk transportasi darat yakni biosolar dan menyusul transportasi usara, yakni penggunaan bioavtur J2,4.
Tahapan demi tahapan tersebut dijalani Pemerintah dengan sabar dan sukse. Saat ini diketahui kalau Pemerintah tengah berupaya implementasi bioavtur agar dapat segera terealisasi.
Menurut keterangan resmi yang diterima InfoSAWIT SUMATERA, kemarin, dilakukan guna mendorong porsi pemanfaatan energi terbarukan berbasis BBN agar bisa terus meningkat.
Pada tahun 2022 tercatat, dari total capaian bauran EBT sebesar 12,3 persen, pemanfaatan BBN secara nasional mencapai 4,23 persen melalui program mandatori B30.
“Saat ini program mandatori BBN untuk sektor aviasi belum berjalan dengan baik,” tutur Sahid Junaidi selaku Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru Terbarukan dan Koversi Energi (EBTKE) pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
CPO Masih Mahal, Pertamina Mungkin Coba Pakai UCO atau POME untuk Pembuatan Bioavtur
Hal itu Sahid ungkapkan beberapa waktu yang lalu saat pelaksanaan Ground Run dan Flight Test Bioavtur J2,4 pada pesawat komersial di Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta).
Sampai saat ini, ucap Sahid, Indonesia belum benar-benar melakukan implementasi bioavtur.
Oleh karena itu, menurutnya, pelaksanaan ujiterbang pakai bioavtur sawit adalah upaya agar implementasi tersebut segera direalisasikan.
Maskapai Ternama Eropa Sepakat Gunakan Bioavtur Minyak Goreng
Sahid menjelaskan, proses panjang upaya pemerintah bersama dengan para pemangku kepentingan dalam mewujudkan program pemanfaatan bioavtur ini.
Pada tahun 2021, ungkapnya, bahan bakar nabati (BBN) dengan campuran 2,4 bioavtur berbasis sawit berhasil diujiterbangkan di pesawat teregistrasi militer milik PT Dirgantara Indonesia yaitu CN235-200 FTB.
Selanjutnya, ia menambahkan, pada pertengahan tahun 2022 Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE menggandeng Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Kedua pihak sepakat untuk membuat kesepakatan bersama tentang pemanfaatan EBT serta penerapan konservasi energi secara berkelanjutan pada bidang penerbangan.
Akhirnya, papar Sahid, pada tahun 2023 ini direncanakan rangkaian pengujian J2,4 yang akan dilakukan pada pesawat komersial.
Sebelumnya, Sahid bilang, telah dilaksanakan pengujian statis (test cell) bioavtur J2,4 pada tanggal 26 Juli 2023.
Ia menilai pelaksanaan ujiterbang merupakan puncak dari rangkaian pengujian, yaitu ground run dan flight test, meski sebelumnya mengalami keterlambatan.
Rangkaian ujiterbang ground run dan flight test, ucapnya, bertujuan untuk evaluasi performa bahan bakar bioavtur J2,4 pada pesawat Boeing milik Garuda.
“Nanti hasil dari pengujian ujiterbang ini merupakan faktor penentu dalam implementasi bioavtur di Indonesia,” tukas Sahid.
Sudah Tak Menjabat, Dua Mantan Bupati di Aceh Malah Terjerat Kasus Korupsi Program PSR
Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh pemangku kepentingan atas terlaksananya pengujian tersebut dan mengharapkan dukungan penuh semua pihak apabila implementasi bioavtur nantinya dapat terealisasi.
Pihaknya berharap para pemangku kepentingan terus memberikan kontribusi dalam pengembangan BBN dan EBT secara umum.
“Dan juga memberikan kontribusi dan masukan serta pengawalan rencana pelaksanaan implementasi bioavtur, sehingga implementasi bioavtur nantinya jika diterapkan dapat diterima semua pihak,” pungkasnya.(T5)