InfoSAWIT SUMATERA, CIBINONG – Tiga pihak di Indonesia berniat dan telah menjalin kerjasama untuk membuat pakan ternak, termasuk ayam, yang berbahan baku bungkil inti sawit (BIS).
Ketiga pihak itu yakni Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Peternakan Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP), PTPN IV, dan Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Sumatera Utara (USU).
Tentu ini menjadi hal yang cukup menarik untuk diperhatikan. Sebab, dari kerjasama ini akan muncul pertanyaan ada apa dengan kebutuhan pakan ternak di Indonesia selama ini?
Kemudian, apa sih kandungan yang ada di dalam bungkil inti sawit sehingga sangat layak untuk diteliti, dikembangkan, serta diproduksi menjadi pakan ternak ayam?
BRIN, USU, dan PTPN IV Sepakat Manfaatkan Bungkil Inti Sawit untuk Pakan Ternak Unggas
Dari keterangan resmi yang diperoleh InfoSAWIT SUMATERA, Senin (25/9/2023), diketahui ternyata semua ini bisa dilihat dari kebutuhan konsumsi protein hewani yang terus dipacu oleh Pemerintah Indonesia.
Dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas nutrisi masyarakat Indonesia pada umumnya, serta menurunkan tingkat tengkes, kekerdilan, atau stunting, terutama pada kelompok masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi.
Perlu diketahui, unggas secara umum dan ayam khususnya merupakan penyumbang daging yang utama bagi masyarakat Indonesia yang tingkat konsumsi daging baru mencapai 12 kg per kapita per tahun.
Tingginya kontribusi komoditas ayam dalam pemenuhan konsumsi protein hewani penduduk Indonesia tidak terlepas dari kenyataan bahwa usaha produksi ayam telah berkembang menjadi usaha agribisnis yang berskala industri.
16 Juta Hektar Kebun Sawit Indonesia Bisa Menjadi Sumber Penyuplai Daging Sapi
Usaha produksi ayam juga kini telah melibatkan berbagai simpul yang menyediakan input produksi maupun kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil.
Salah satu simpul input produksi yang penting dalam mata rantai agribisnis ayam nasional adalah produsen pakan yang telah berkembang menjadi industri yang berskala nasional maupun global.
Peran strategis industri pakan ditentukan oleh tingginya kontribusi pakan sebagai salah satu mata rantai strategis dalam sistem agribisnis perunggasan nasional.
Sebab, posisinya sebagai penyumbang komponen biaya yang paling tinggi (70 sampai 80 persen) di dalam usaha produksi unggas, baik pedaging (broiler), maupun petelur (layer).
Mahasiswa IPB Racik Pelepah Sawit Jadi Pakan Ternak di Musim Kemarau
Meningkatkan ketersediaan bahan pakan yang sifatnya lokal dan tersedia dalam skala besar, tersedia sepanjang tahun dengan harga kompetitif menjadi tantangan besar dalam agribisnis ayam secara nasional.
Nah, di saat yang sama, pemanfaatan bungkil inti sawit (BIS) secara optimal dalam pakan unggas, terutama ayam, merupakan peluang besar dalam pemasaran BIS di dalam negeri.
BIS dalam konteks pakan unggas dapat dikelompokkan ke dalam bahan pakan dengan kandungan protein moderat dengan kisaran antara 14 – 16 persen.
Kandungan energi metabolisme BIS bervariasi dan tergantung kepada proses dalam mengekstraksi minyak untuk menghasilkan minyak inti sawit.
Proses ekspeler menghasilkan BIS dengan kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses ekstraksi, sehingga kandungan energi metabolismenya juga lebih tinggi. (T5)