InfoSAWIT SUMATERA, SINGKIL – Kesadaran untuk mewujudkan industri perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan terus menggema di berbagai sentra perkebunan di Indonesia, termasuk di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh.
“Iya, semalam (Senin, 28 Agustus 2023 -red) kami para multistakeholder sawit berkumpul di Kantor Bappeda Kecamatan Singkil,” kata Aguswanda Manik, seorang petani sawit swadaya setempat saat berbicara kepada InfoSAWIT SUMATERA, Selasa (29/8/2023).
Sebagai informasi, selain menjadi petani sawit, Aguswanda Manik juga diketahui aktif sebagai aktivis dan pengurus di DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh Singkil.
Didampingi NGO, Ini yang Dilakukan Kadistan Labura di Disbunnak Sumut
Adapun para multistakeholder yang hadir dalam acara Kick Off Rencana Aksi Daerah Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAD KSB) yang dimaksud Aguswanda Manik adalah utusan dari sejumlah NGO seperti Yayasan Indonesia Dagang Hijau (IDH), Yayasan Ekosistem Leuser (YEL).
Lalu, NGO WCS IP, peneliti dari Pusat Riset Kelapa Sawit Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Aceh, dan para pengurus Apkasindo Singkil.
Selain itu, kata Aguswanda, turut hadir utusan perusahaan perkebunan sawit dari PT Musim Mas dan perusahaan pengolah minyak nabati Apical Group.
Apical Group Ajak Masyarakat Jaga Lingkungan dan Kesehatan serta Raup Cuan dari Minyak Jelantah
Organisaai perangkat daerah yang terkait di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Singkil pun turut terlibat aktif di acara itu, termasuk pihak Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda).
“Pj Bupati Singkil, Bapak Drs Azmi MAP langsung membuka dan memberikan pengarahan dalam acara Kick Off RAD KSB gang berlangsung mulai pukul 09.00 sampai 16.00 WIB tersebut,” kata Aguswanda.
Sementara itu diketahui kalau Pj Bupati dalam kesempatan tersebut berpesan agar para petani sawit dibantu dan dipandu supaya ke depannya dapat mengelola kelapa sawit dengan baik dan benar.
Cuma Ada Satu PKS di Aceh yang Terapkan Harga TBS di Atas Rp 2.000 Per Kg
Kata Bupati, banyak faktor yang memengaruhi realisasi perkebunan sawit yang berkelanjutan, seperti faktor lingkungan dan sosial.
Untuk itu Bupati menilai perlu diberi pemahaman bagi para petani sawit agar ke depan tidak berbenturan dengan hukum ketika membuka lahan perkebunan sawit.
Ia juga mengingatkan perlunya peran petugas-petugas pertanian di tingkat kecamatan yang diharapkan dapat memberikan pemahaman sial sawit berkelanjutan tersebut.
Pertemuan ADP di London Sangat Penting bagi Sawit, Itu Sebabnya RI Usulkan Ini
Bupati menilai perkebunan sawit saat ini telah menjadi primadona dan terbukti mampu menopang perekonomian masyarakat.
“Permasalahan yang dihadapi petani sekarang ini adalah menyangkut harga tandan buah segar (TBS) yang relatif lebih murah dibandingkan dengan daerah lain,” kata Bupati.
Ia kemudian menyampaikan haraoan agar para peserta RAD KSB Singkil
serius dan berkomitmen dalam penyusunan dokumen.
Kabar Gembira dari Sumsel, RAP KSB Tuntas, Menyusul RAK KSB Banyuasin
Sementara itu Musa dari Bappeda Singkil dan selaku panitia pelaksana dalam laporannya menyebutkan peserta dibagi dalam 5 kelompok kerja (pokja) yang telah disahkan melalui SK Bupati Nomor 188.45/ 272/2023 tanggal 18 Agustus 2023.
Kata dia, 5 pokja itu merupakan komponen prioritas dalam penyusunan dokumen rencana aksi, yaitu penguatan data, koordinasi dan infrastruktur.
Selanjutnya, peningkatan kapasitas dan kapabilitas, pengelolaan dan pemantauan lingkungan, perbaikan tata kelola penanganan sengketa serta percepatan pelaksanaan. (T5)
