InfoSAWIT SUMATERA, BOGOR – Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Kementerian Pertanian (Kementan) Andir Nur Alam Syah memiliki Program SAWIT SATU untuk memajukan perkebunan sawit nasional.
Program SAWIT SATU tersebut, kata salah satu Komisaris PTPN 5 ini, merupakan salah satu bagian dari 6 program penguatan perkebunan nasional.
Selain Program SAWIT SATU, Dirjenbun juga menyodorkan perlunya pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Nasional (BPDPN).
Dari keterangan resmi yang djterima InfoSAWIT SUMATERA, Senin (26/6/2023), disebutkan kalau Andi mengungkapkan hal itu dalam acara Sarasehan Tahunan Aliansi Peneliti Pertanian Indonesia (APPERTANI) 2022/2023.
Ini Permintaan Dirjenbun ke Sucofindo Terkait Target PSR 100.000 Ha
Kegiatan yang mengangkat topik “APPERTANI Mendukung Inovasi dan Standardisasi untuk Solusi Pertanian” itu digelar di Aula Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan, Bogor (24/6/2023).
Kata Dirjenbuj di acara itu, perkebunan merupakan subsektor yang sangat penting dalam mendorong perekonomian negara.
Dalam pengembangannya, kata dia, tak dapat dipungkiri terus dihadapkan berbagai tantangan.
Untuk itu, kata dia, perlu strategi penguatan perkebunan yang tepat jitu agar peningkatan produksi dan produktivitas serta ekspor perkebunan dapat terwujud.
Andi Nur menekankan, Direktorat Jemderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementan memiliki enam strategi penguatan perkebunan nasional.
Yakni, pertama, Program SAWIT SATU yang merupakan singkatan dari Sawit Indonesia Satu Berkelanjutan.
Program SAWIT SATU, kata Dirjenbun, adalah satu peraturan kelapa sawit, percepatan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Lalu, sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), sarana dan prasarana (sarpras), sumber daya mineral (SDM), penerimaan pajak, transparansi, dan lembaga sertifikasi.
Dirjenbun Kawal Peningkatan DMO Tak Berdampak Negatif ke Harga TBS
Kedua, kata Andi, penguatan perkebunan membutuhkan inovasi dengan didukung teknologi yang memadai, dan tentu membutuhkan pendanaan.
“Perlunya kolaborasi berbagai pihak terkait, khususnya inisiasi sumber pendanaan pekebunan melalui pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Nasional (BPDPN).
Ketiga, untuk penguatan selanjutnya, dilakukan antisipasi terhadap perubahan iklim, krisis pangan dan penguatan standar produk.
Hal ini, kata dia, dilakukan melalui beragam subprogram seperri demplot mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan.
Kemudian, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) melalui agen pengendali hayati dan pestisida nabati.
Pembentukan Brigade Kebakaran Lahan dan Perkebunan (Karlabun), KTPA Sikarla Padam, Sirami Kebunku dan serfitikasi Climate Friendly Farming (CFE).
Penguatan yang Keempat, kata Andi, adalah penyediaan benih berkualitas.
Di sini, kata dia, penguatan dilakukan juga butuh dukungan perbenihan dalam pengembangan kawasan perkebunan nasional.
Kabupaten Ini Sukses Jadi Daerah Terluas di Riau Laksanakan Program PSR
Caranya adalah dengab pengoptimalan benih diproduksi di berbagai pengembangan kawasan perkebunan.
“Dengan harapan dapat meningkatnya penggunaan benih unggul bermutu dan bersertifikat,” kata Dirjenbun.
Untuk itu, ia bilang, perlu perbaikan sistem produksi atau penyediaan benih melalui pengembangan nursery di kawasan pengembangan perkebunan.
“Penyediaan benih berkualitas dilakukan melalui nurseri, kita bersinergi dan berkolaborasi, mempermudah akses penyaluran benih, efisiensi distribusi,” kata dia.
Ketua Umum GAPKI Edi Martono Punya Doa Khusus Buat Derom Bangun
Selain itu, ia bilang Ditjenbun juga pinya BabeBun yaitu sistem penyediaan, pengawasan, dan peredaran benih kelapa sawit terintegrasi.
Kelima, kata dia, melalui program perkebunan partisipatif (PASTI), yaitu pengembangan kawasan perkebunan tanaman semusim seperti vanili, serai wangi, dan kelor.
Strategi yang terakhir atau keenam, kata dia, penguatan tata kelola perkebunan nasional.
Caranya adalah melalui penguatan integrasi regulasi, data dan informasi, pembinaan dan pengawasan izin usaha.
“Itu didukung dengan penyusunan peta spasial dan SIPERIBUN atau Sistem Perizinan Berusaha Perkebunan serta Digitalisasi Perkebunan,” kata Andi.
Sesuai perkembangan era digitalisasi, sambung Andi, Ditjenbun dituntut bekerja lebih efisien, transparan dan akuntable.
Untuk itu, kata Andi, solusinya adalah penggunaan SIPERIBUN sebagai platform pelaporan perusahaan satgas tata kelola kelapa sawit.
“Pentingnya program elaborasi rintisan bisnis perkebunan Indonesia, demi peningkatan produksi hingga menghasilkan peningkatan nilai tambah dan daya saing,” kata dia.
Agar Tidak Salah, ke Sini Sampaikan Laporan Luas Kebun Sawit Anda. Waktunya Terbatas, Loh!
“Investasi sekali, untung berulang kali. Salah satu contoh dengan paket vanili dan paket sereh wangi, terdiri dari pengolahan lahan, benih, saprodi, budidaya, bimtek, pascapanen, pengolahan dan pemasaran,” tegas Andi Nur.(T5)