InfoSAWIT SUMATERA, KARANG BARU – Luarbiasa dan sakit pantas untuk disematkan kepada para petani sawit dari Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh.
372 petani yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Kelapa Sawit Tenggulun Lestari (PESATRI) itu berupaya keras menjalankan prinsip sawit berkelanjutan.
Dan seperti pepatah sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, maka PESATRI dalam menjalankan praktek sawit berkelanjutan, sertifikasi ISPO dan RSPO pun terlampaui.
Ribuan Petani di Aceh dan Sumut Diajak Sinar Mas Ikuti Program Ini
Langkat Ginting selaku Ketua PESATRI kepada InfoSAWIT SUMATERA, Rabu (14/12/2022), menyebutkan raihan dua sertifikat ISPO dan RSPO itu merupakan yang pertama kali terjadi di Aceh.
“Ini baru pertama terjadi di Provinsi Aceh, di mana petani sawit bisa meraih dua sertifikat sekaligus, yakni ISPO dan RSPO,” kata Langkat.
Kata dia, dua sertifikat itu mereka terima bersamaan dengan acara pelaksanaan peringatan ke-111 Hari Sawit Nasional.
Transparansi Diterapkan, Internasionalisasi ISPO ke Dalam Bahasa Inggris Dilakukan
Kegiatan itu, kata dia, dilaksanakan di halaman komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang beberapa waktu yang lalu.
Langkat bilang saya itu hadir sejumlah pihak terkait seperti Menteri ATR/BPN Hadi Tjahjanto.
Lalu pihak Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Aceh Tamiang, perwakilan perusahaan perkebunan kelapa sawit dan seluruh stakeholder terkait.
Petani Pertanyakan Manfaat Penerjemahan ISPO ke Bahasa Inggris
Ia menguraikan, 362 anggota PESATRI secara konsisten mengelola lahan sawit seluas 372 hektar secara berkelanjutan.
Hal ini yang akhirnya membuat mereka meraih berhasil meraih sertifikat budidaya pengelolaan sawit berkelanjutan Indonesia.
Yaitu ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dan internasional RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).
Lembaga yang memberikan dua sertifikat itu yakni dari lembaga sertifikasi BSI (British Standard Institution).
“Jujur saja, Pada awalnya PESATRI belum memiliki rencana untuk menerapkan prinsip sawit berkelanjutan ISPO dan RSPO. PESATRI hanya melakukan kegiatan sekolah lapang tentang budidaya kelapa sawit terbaik yang diajarkan oleh para trainer kami dari PT. Musim Mas,” kata Langkat.
Namun, kata dia, dukungan dari stakeholder terus mengalir sehingga seluruh anggota berkomitmen untuk menerapkan prinsip dan kriteria ISPO dan RSPO.
Nah, dalam memanjakan kan perjuangan untuk mendapatkan sertifikasi ini, Langkat mengakui PESATRI didukung penuh oleh banyak pihak.
Keberadaan RSPO Sangat Dibutuhkan Demi Sawit yang Berkelanjutan
“Misalnya, kami didukung Pemkab Aceh Tamiang dan ATR/BPN. Jadi, kami didukung dengan program penerbitan sertifikat hak milik (SHM) atas tanah yang dimiliki oleh petani,” kata Langkat.
Tak cukup sampai di situ. Langkat bilang, PT Unilever juga memberikan dukungan berupa pembiayaan sertifikasi.
Lalu ada lagi dukungan Inisiatif Dagang Hijau dan dari FKL (Forum Konservasi Leuser) yang membantu dari sisi kelembagaan.
Demi ISPO dan RSPO, Eko Syahputra Ikut Bertarung di Pilkades
Terus, kata Langkat, dukungan juga mereka dapatkan dari PUPL (Pusat Unggulan Perkebunan Lestari) yang membantu dalam fasilitasi legalitas STDB dan SPPL.
“Dan yang kami juga tak akan melupakan dukungan dari pihak Koompasia Enviro Institute yang dipimpin Pak Henry Marpaung dari Kota Medan,” kata Langkat.
Ia merinci dukungan pihak Koompasia yakni berupa pengelolaan sawit berkelanjutan untuk dapat melaju ke proses sertifikasi.
Di Provinsi Ini, Harga CPO dan Inti Sawit Kompak untuk Periode 14-20 Desember 2022
Semua dukungan itu tak pelak membuat Sekretariat PESATRI di BPP Tenggulun didaulat sebagai Pusat Pembelajaran Sawit Berkelanjutan (PPSB) di Aceh Tamiang.
Langkat Ginting menegaskan semua itu merupakan pencapaian yang sangat besar bagi PESATRI.
Sebab mereka justru menjadi yang pertama mendapatkan sertifikat ISPO dan RSPO di Provinsi Aceh.
Petani Sawit Ini Gigih Bangun Koperasi dan Tebarkan Semangat RSPO
“Dan ini bukan akhir dari proses, namun ini adalah langkah awal bagi kami untuk terus berkomitmen menerapkan prinsip sawit berkelanjutan,” kata Langkat
Pihaknya berharap PESATRI dapat menjadi pemicu bagi petani sawit di Indonesia, khususnya di Provinsi Aceh, untuk menjadi petani sawit yang menerapkan prinsip lestari dan berkelanjutan.
“Bagi kami para petani sawit ini adalah awal perjuangan. Setelah ini kami akan meningkatkan lagi pengelolaan sawit kami sehingga lebih tinggi produksinya dan pengelolaan lingkungannya pun lebih baik,” kata Langkat.
Dengan dua sertifikasi itu, ungkap Langkat, beberapa PKS sudah mendekat mengajak PESATRI bermitra sebagai pemasok TBS dengan harga lebih baik.
“Ada harapan lagi lah ini bagi para petani,” kata Langkat Ginting dengan nada riang.(T5)